Mohon tunggu...
Isman Sumurubun
Isman Sumurubun Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pegiat literasi kopi

Isman Sumurubu - Aku menulis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musik Dangdut dan Kampanye Partai Politik

22 November 2017   17:23 Diperbarui: 23 November 2017   12:08 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik dangdut adalah salah satu musik yang goyangnya menghebohkan dan menggairahkan. Hal ini tidak bisa di pungkiri. Mungkin, musik dangdut adalah musik yang dapat menghibur masyarakat pada umumnya (khususnya Indonesia).

Di era modern ini musik dangdut telah dijadikan sebagai alat untuk kampanye partai politik. kecipratan berkah dari musim kampanye ini. Kehadiran mereka bukan saja untuk menggoyang ribuan pendukung para calon. Meraup banyak pundi-pundi di saat masa kampanye. 

Di Indonesia musik dangdut dan kampanye partai politik sudah menjadi simbosis mutualisme sebab keduanya saling membutuhkan. Penyanyi dangdut mampu membuat massa ramai dan partai politik atau calon pemimpin membutuhkan massa untuk mendengar visi dan misinya. 

Hal semacam ini, fenomena paling menonjol yang sedang berlangsung adalah pesan-pesan politik tidak perlu lagi diletakkan dalam parameter bermakna atau tidak, melainkan lebih diposisikan pada sudut pandang menghibur atau membosankan. Dominic Strinati (dalam An Introduction to Theories of Popular Culture, 1995: 6) menyatakan bahwa masyarakat massa terdiri dari orang-orang yang mengalami atomisasi. Inilah orang-orang yang mengalami kekurangan hubungan dalam makna dan moralitas yang penuh. Orang-orang seperti ini tidak dapat dipandang secara murni dan sederhana sebagai atom-atom kecil yang mengalami isolasi, namun pertalian di antara mereka sepenuhnya bersifat kontraktual, berjarak dan sporadis ketimbang bercorak komunal dan terintegrasi dengan baik.

Kita akui bahwa dangdut adalah bahasa mereka, jadi memang ini adalah media efektif untuk menarik masa. Tetapi  kemudian kalau panitia kampanye dari partai-partai tidak lagi mengedepankan aturan dan norma sosial jadilah dangdut menjadi sebuah tontonan gratis yang mengumbar syahwat. Bagaimana dengan Anda ?

Walakin suasana jadi meriah dengan banyaknya ribuan massa selama kampanye partai politik, semuanya belumlah sepenuhnya efekti. Karena kehadiran massa bukan karena semata-mata mendengar ocehan para kandidat, melainkan goyang penyanyi dangdut yang menghebohkan dan bahkan mereka lebih ramai ketimbang mendengar ocehan para kandidat. Begitu juga denganpenyanyi dangdut tidak hanya membuat asyik masyarakat dengan nyanyian dan goyangannya. Penyanyi juga mempunyai misi menjadi duta bagi pesta demokrasi dengan cara mengimbau publik agar tidak golput.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun