Tahun 2021 adalah masa transisi bagi dunia pendidikan. hal yang tidak biasa jadi biasa, hal yang dilarang karena berakibat buruk pada siswa menjadi hal yang harus dilakukan, tak ada kata lagi yang dapat diucapkan, mau marah ya marah saja, karena tak ada satu pun yang dapat berbuat apa apa. Ini bencana  tidak saja Indonesia, dunia pun merasakannya.
Tidak semua sekolah dapat belajar secara tatap muka, ada sebagian sekolah yang masih belajar daring. Karena kondisi daerah nya masing-masing. Jadi kita harus banyak belajar, setiap perubahan yang terjadi terutama di dunia pendidikan.
Pendidikan siswa yang mengaju pada karakter, hanya bisa jadi impian kita, di dunia maya tidak dapat di lakukan secara maksimal, karena itu semua dapat kita lakukan apabila pendidikan bisa berjalan normal seperti biasanya, bertemu di sekolah, bertegur sapa, bersalaman, saling menegur, saling menasehati dan saling berintegrasi di sekolah dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 berorientasi pada penguatan karakter. Penilaian dan asesmen terhadap siswa autentik dengan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan  yang diperkuat pada peraturan presiden nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan  pendidikan karakter (PPK). Hanya dapat dilakukan guru dan siswa melalui telekomunikasi melalui gawai dengan jarak jauh tanpa ada proses seperti biasanya di sekolah.
Kecemasan orang tua yang selalu booming di masyarakat pengaruh gawai terhadap karakter siswa, dimasa pandemi ini sudah tak terhiraukan lagi, karena melalui pendidikan jarak jauh mengharuskan siswa bergelut bermain gawai, hal yang ditakuti menjadi ancaman bagi semua kalangan guru, orangtua dan masyarakat.
Pandemi ini mengubah semua program pembelajaran yang telah dibuat di sekolah. Pembelajaran tatap muka seperti biasanya sekarang berubah merubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PPJ). Program baru yang dipakai dalam proses pembelajaran dimasa covid ini penuh rintangan, karena baru bagi semua kalangan, berbagai upaya dilakukan guru dan pihak sekolah namun semua tetap menjadi perjuangan bagi kaum guru.
Siswa disapa melalui dunia maya, guru membuat dan menyajikan pembelajaran dengan daring dan luring, walaupun itu asing bagi sebagian orangtua. Pembelajaran daring dilakukan melalui Washapp, zoom meating ataupun glassroom. Â Bagi guru pembelajaran tetap terlaksana bagaimanapun keadaannya sekarang ini, karena guru dituntut harus pandai dan pintar menggunakan teknologi terutama IT.
Tahun ini siswa siswi lebih banyak belajar dengan gawainya. Baik dan buruk susah terpisahkan karena terprogram di tangannya. Orang tua menjadi bingung karena mereka harus menyediakan gawai untuk anak anaknya dalam mengikuti pembelajaran. Orangtua harus mampu seperti guru mendidik, mengajar dan menilai putra putri mereka di rumah.Â
Pembelajaran yang dikirimkan pada siswa tetap dikerjakan dan diikuti agar anak anak bangsa ini jangan tertidur dan hanyut dalam susana yang mencekam ini. Corona cepatlah berlalu, biarlah anak negeri ini menyongsong masa depan belajar dengan baik bersama bapak dan ibuk guru di sekolah.
Orang tua mengeluh, ocehan dan berbagai umpatan sering terlontar dari mulut mereka. Guru makan gaji buta kata kata itu sering terdengar dan muncul di status status sosial media. Kehidupan yang semakin sulit, ekonomi merosot, semua dampak itu sangat berpengaruh pada pendidikan anak anak kami di sekolah, khususnya mereka yang berekomi kurang. Orang tua mengeluh tidak punya HP androit, janganpun membeli HP membeli beras saja kami susah, sudah punya hp beli paket pun tidak ada, lebih baik beli sambal dari pada beli paket. Sehingga pembelajaran daring pun tidak diikuti semua siswa.