Selamat pagi, bapak negara
Pagi ini adalah pagi ke-7 tanpa panggilan suara darimu
Kau apa kabar?
Aku berniat untuk membangunkanmu
Kutahu, semalam sepertinya kau begadang untuk main PS bersama teman-temanmu
Kutunggu hingga waktu mendekati pukul 5 pagi
Agar kau bisa istirahat terlebih dahulu
Aku memutuskan untuk menelfonmu pada jam 4:57 pagi
Di tengah-tengah ritualku, aku menyempatkan waktu untuk membangunkanmu
Ternyata aku salah mengira
Kau sudah berada dalam panggilan lain
Kukira kau sedang beristirahat
Kau sedang bekerja ya, Mas?
Lalu atasanmu menelfon di pagi buta seperti ini
Semangat, ya!
Tidak mungkin kau sedang bertelfonan dengan orang yang tidak penting sepagi ini
Aku percaya, ketika aku menjaga hatiku untukmu kau juga akan melakukan hal yang sama
Benarkah begitu, Mas?
Tapi aku pun tidak munafik
Setelah tahu kau sedang berada di panggilan lain yang tanpa kutahu kau sedang bertelfonan dengan siapa, aku menangis
Aku juga sengaja memutuskan jaringan internetku
Entah mengapa aku sangat berharap kau kembali menelfonku
Menjijikkan sekali diri ini
Maafkan keegoisanku ya, Mas
Untuk apa aku cemburu pada urusan kerjamu?
Sekali lagi maaf ya
Silakan dilanjutkan bertelfonannya
Aku yang sangat egois ini, mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H