Mohon tunggu...
Ismaliyah Yusuf Rangkuti
Ismaliyah Yusuf Rangkuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Terpilih Sayembara Menulis Cerita Anak BBSU 2020

Berpelesir, Menulis, Membaca dan Tertawa. Menulis adalah obat bagi saya yang ingin lekas pulih setiap hari; adalah perjalanan liar yang bebas saya tempuh meski tanpa kompas yang utuh; adalah cinta-kasih yang saya beri izin tumbuh meski tanpa seorang kekasih. Sepanjang nafas yang Tuhan pinjamkan, ada beberapa buku yang telah saya terbitkan. Karya utama saya adalah "Surga Tersembunyi di Pulau Nirwana" berupa cernak yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara, lalu diramaikan oleh "Bangau Putih" buku puisi perdana saya. Dan beberapa buku lain berupa Antologi bersama yaitu "Ada Bena di Adiwidia", "Agrari", "Ingatan Edelweiss". Terimakasih sudah singgah dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Pukul Dua Pagi

7 Desember 2023   21:43 Diperbarui: 7 Desember 2023   22:34 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"sementara waktu menginaplah dulu di sini, malam sudah terlalu larut" ucap wanita separuh baya yang ku temui di sebuah klub malam

Kehidupan ini kejam, dia merenggut harapan dan impian yang ku pupuk sejak aku masih hidup sebagai perempuan bahagia. Bukan tak pernah melewati masa sulit, namun diriku yang dulu dengan yang sekarang memang sudah jauh berbeda. Aku kehilangan diriku sendiri. Dan kini ku temukan kembali, sejak wanita paruh baya itu mencampuri kehidupanku.

"Makasih Bu, eh kak, saya bisa menginap di tempat lain" jawabku ketus

"Kota ini terlalu kejam untuk dilalui perempuan muda sepertimu, bukan saya sok baik, tapi saya sudah 3 tahun beradaptasi di kota ini. Beruntungnya saya sudah paham mengatasi situasi terburuk yang bisa saja terjadi tanpa saya duga" ucapnya sembari menyengirkan bibir

Ada kekecewaan disana, di raut wajahnya. Ada ketidakinginan hidup yang mau tak mau harus dilaluinya sebagai wanita perantauan yang di lempar jauh dari garis besar keluarga.

"Masuklah, setidaknya izinkan saya membantu malam ini saja, besok ya terserah kamu" pintanya

"Ya, hanya untuk malam ini saja saya berhutang Budi, tapi akan saya balas lain waktu " jawabku terima dengan rasa sedikit gengsi

Aku melangkah melewati koridor rumah sepetak, seperti mes yang hanya ada kamar tidur, dapur seadanya dan kamar mandi. Hanya tempat yang cukup untuk berlindung dan berteduh dari panas dan hujan.

Wanita itu memintaku duduk dan membuatkan ku secangkir teh hangat, ruangan tidurnya tersusun rapi dan bersih, tak seperti yang kubayangkan hanya karena dia bekerja di sebuah klub malam rumahnya pasti berantakan dan bau alkohol. Aku tak berani menanyakan namanya, karena aku dibawanya dalam keadaan dibawah pengaruh alkohol. Aku memperhatikan sekeliling ruangannya, ada sebuah foto yang di pajang di dinding rumahnya. Foto nya dan seorang anak laki laki. Pikirku itu pasti anaknya. Dan dia menyadari aku menatap foto itu

"Itu foto anak saya,  sewaktu umurnya 3 tahun" ucapnya sembari menuangkan teh kecangkir kami berdua

"sekarang dia kemana?" Tanyaku penasaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun