Mohon tunggu...
Isma San_
Isma San_ Mohon Tunggu... -

mahasiswa kedokteran yg pengen bljr menulis. philipp lahm. sedikit baca komik. Menari. YinYang. Belajar nihongo. Cinta indonesia. (Butuh pemimpin dalam hidup :D )

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Suasana Iba di IRDB

13 Oktober 2010   15:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Yang saya lihat, banyak yang berpakaian putih, berjas mantap ! bersibuk-sibuk ria. Di samping bangsal-bangsal, begitu banyak orang-orang yang mulai membuat petak-petak seolah sedang rekreasi (keluarga pasien). Entah ini seperti suasana dan pemandangan yang menjijikkan atau malah memprihatinkan? Untuk seorang pemula seperti kami, apalah wewenang yang kami pegang selain menjadi penonton. Tiba disebuah ruangan IRDB (Instalasi Rawat Darurat Bedah), saya mendengar suara begitu menggelegar seperti petir, nampaknya sangat marah. sebut saja dr.M seorang yang mempunyai kuasa disitu.Yah dia sedang memarahi keluarga pasien yang datang berbondong-bondong ke Rumah Sakit. Mereka memang banyak, dan mereka di usir secara blak-blakkan, terang-terangan diantara kelompok-kelompok yang lain, termasuk saya yang kebetulan berada disitu. Saya hanya terpaku, menjadi penonton sebuah kejadian yang sangat menyedihkan itu. "bagaimana kalau itu keluarga saya?" Masih pantaskah kami yang miskin datang ke Rumah Sakit itu lagi? Kami tak punya cukup uang. Anak-anak kami banyak dan tidak mungkin harus kami tinggalkan di rumah sendirian, sementara bapak sedang sekarat di Bangsal. Ini fenomena yang sangat tabuh untuk saya sendiri. Apakah perlakuan seperti itu pantas untuk mereka yang miskin? Rumah sakit hanya untuk mereka yang mampu yah? "Kami tak punya uang...keluarga kami belum di berikan tindakan pertolongan dek, karena kami belum melengkapi masalah administrasi" OhmyGod, lingkungan seperti ini menyesakkan dada. Alveoli rasanya mengembang dan tak mau mengempis. Semakin sesak. Ingin cepat-cepat berlalu dari situasi yang memancing lakrimalis untuk bekerja. Dan saya masih terus terpaku,menahan perasaan iba, tegar seolah tak terjadi apa-apa. Entah berapa banyak pasien miskin lagi yang akan seperti itu.. Siapa yang harus disalahkan? Mungkin saat ini, saya tak akan menemukan jawabannya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun