Hari kesehatan jiwa sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Sebagai manusia yang seutuhnya tentu bukan hanya sehat jasmani saja, kesehatan rohani sama pentingnya. Kesehatan rohani yang merupakan kesehatan jiwa tentu sangat berperan penting untuk aktivitas yang lain.
Saat  jiwa kita terganggu maka aktivitas fisik pun ikut terganggu. Sebagai contoh saat seorang ibu sedang gelisah jangankan untuk membuat anak dan suami bahagia, senyum pun tak nampak dan seluruh pekerjaan rumah terbengkalai.
Jiwa kita harus selalu sehat, jiwa kita harus bahagia.
Lalu bagaimana kita bahagia?
Menurut saya ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa. Faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam datang dari dalam diri sendiri. Saya sendiri menyikapinya dengan cara bersyukur dengan apa yang ada, kurangi mengeluh, tentu sebagai seorang muslim lebih banyak mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sedangkan faktor luar datang dari lingkungan. Faktor luar agar saya bahagia yaitu mendapat suport atau dukungan dari  keluarga dan orang sekitar, terutama pasangan atau suami. Hal ini sangat berpengaruh sekali dengan kesehatan jiwa saya.
Pasangan adalah orang yang paling pertama saya cari ketika saya dalam kondisi terpuruk. Orang yang paling mengerti kondisi saya. Ketika saya butuh sandaran dan teman bercerita, teman berbagi agar tetap terjaga kesehatan jiwa saya, suami lah orang yang saya cari.
Untuk itu carilah pasangan yang baik dan membuat kita merasa nyaman dan tenang saat berada disampingnya, pasangan yang mengerti kondisi kita, pasangan yang membuat kita bahagia dan penuh senyum, pasangan yang selalu ada dalam suka maupun duka. Pasangan yang sehat akan menumbuhkan jiwa yang sehat pula.Â
Semoga kita dan pasangan kita selalu diberi keberkahan, menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah aamiin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H