- Sore itu perutku melakukan demo besar. Sepertinya cacing-cacing didalamnya mengharapkan upah yang belum terbayar. Sehingga suara kruyuk-kruyuk saling bersahutan. Konsentrasiku pun mulai buyar, suara si kecil yang terus merengek tanpa bersua. "aduh dek, sebentar lagi, ini Bunda mau masak"
Aku celingukan mencari bahan makanan yang ada. Di meja makan hanya ada sambel sisa tadi siang dan berapa mata pete. Aku segera membuka kulkas sembari mencari ide masak. Si kecil terus menarik-narik rokku. Kemana aku berjalan dia seperti buntut yang nempel di kaki. "sebentar nak... Sabar ya sayang" akhirnya aku putuskan masak mie instan saja agar cepat matang tanpa repot nguleg bumbu.
Perutku sudah mulai lebih tenang, karena aroma mie instan sudah tercium. Si kecil masih merengek, minta samangkuk mie instan yang baru saja terhidang di meja. Tiba-tiba dia menjerit ketika aku sedang mengambil sendok. Tangan kecilnya tak sabar masuk ke mangkok mie panas. Segera ku raih dia dan mencari obat di kotak p3k. Sambil bernyanyi, ku obati jarinya yang merah. Setelah ku kembali ke meja makan kudapati, suamiku di depan semangkuk mie panas. "terimakasih yah bun, mie nya pas banget. Pas laper pas udah mateng" ucapnya tanpa dosa. Entah sejak kapan dia sudah mengintai semangkuk mie ku. Aku pun hanya diam mematung menelan ludah. Seperti terkena mantra sihir Harry Potter.Karena perut sudah sangat lapar dan kesal,akhirnya makan seadanya lauk sambel dan pete sisa tadi siang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H