"Jadi apa jawabnnya?" tanyaku menatap Diyani. Gadis cantik yang menarik hati. Bola matanya melebar bergerak ke kanan dan ke kiri. Senyumnya tersungging menawan hati. Tangan kanannya memegang pensil biru. Sedangkan jari telunjuk tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja.
"Diyani ... " aku melempar senyum manisku. Kedua alisku bertemu, ketika Dia menggelengkan kepalanya. Aku mencoba mengulang pertanyaanku secara perlahan. Tetapi gadis cantik itu hanya tersenyum manis. Pertanyaan yang harusnya mudah dijawab karena bagian dari PR.
"Saya nggak tahu Bu ... " jawab Diani lugu. Aku pun menghampirinya. Menyapanya dengan perlahan, dan melihat catatanya. Ku buka lembaran bukunya maju kemudian mundur dan maju lagi. Aku hanya menemukan beberapa pertanyaan tanpa jawaban. Pekerjaan rumah yang ku berikan pada anak - anak, belum tersentuh oleh Diyani. Ku tanyakan mengapa? Jawabanya singkat, padat dan jelas yaitu lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H