Mohon tunggu...
Ismail Sunni
Ismail Sunni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Math, Football, Science, Information Tech, Blogging, Writing, and more... visit my blog : ismailsunni.wordpress.com or codemath.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

I Don’t Think Their First Word is “Mom”

18 Desember 2011   08:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas di kepala kita akan pertanyaan ini : “Apa kata pertama yang diucapkan oleh seorang bayi ?” Saya yakin, akan ada banyak jawaban yang menyatakan “Ibu”, “Emak”, “Mama”, “Umi”, “Mom”, “Mother”, atau mungkin “Nyokab”. Yah, wajar menurut saya. Orang yang paling dekat dengan kita di saat kita bayi adalah ibu kita sendiri. Saya pun berfikir demikian. Hingga suatu ketika.

Satu tahun yang lalu, saya pergi bersama teman-teman ke Jogja. Tanpa ada rencana, tiba-tiba ada yang mengajak ke panti asuhan. Apa yang pertama saya bayangkan ? Tangisan bayi di sana-sini, bau ompol, bau susu, dan seterusnya. Ternyata, tidak. Panti asuhan tersebut sangat bersih. Jauh dari apa yang saya bayangkan.

Di sana, saya sempat terdiam. Melihat suatu lukisan yang terpajang di sana. Mengenai ibu. Banyak pikiran yang berkecamuk di kepala saya. Salah satunya, apa yang bayi-bayi nan lucu belum berdosa dalam merasakan beberapa tahun di awal kehidupannya. Tanpa sesosok ibu. Saya kepikiran lagi, kata apa yang akan dikatakan pertama kali oleh mereka. Apakah “mbak” (karena kebetulan yang merawat kebanyakan perempuan berumur 18-25 tahun) atau “susu”. Atau, hal yang paling menyesakan hati ini, jika saja bayi-bayi tersebut langsung bertanya, “dimana ibu?”. Tidak mungkin memang. Tapi, masih menyesakan di hati ini. Sungguh sangat beruntung saya memiliki ibu yang menyayangi saya.

Saya lihat ke diri saya sendiri. Seringkali, saya ditelpon di pagi hari oleh ibu saya, menanyakan sudah sarapan belum. Saya jawab, sudah. Padahal, saya masih nongkrong di depan laptop, main game atau browsing tidak jelas. Saya sendiri tidak hafal kapan ulang tahun ibu saya. Apalagi memberikan kado ulang tahun.

Sering ditelpon, “sedang apa ?”. Saya jawab, sedang nunggu kuliah. Padahal, sedang bolos. What a shame lah.

Saya ingin besok ketika pulang ke Jogja, membawa oleh-oleh untuk ibu saya.

Bagi yang termasuk beruntung, masih mengucapkan “ibu” di masa balita, cobalah sekali-kali ke panti asuhan, dan rasakan betapa beruntungnya Anda.

Selamat hari Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun