Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolak Bala Masyarakat Lokal, Melalui Ritual Adat dan Doa (Part 2)

4 Desember 2022   14:18 Diperbarui: 4 Desember 2022   22:55 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bala atau musibah itu merupakan suatu ketetapan Allah SWT. Kadang kala kedatangnaya tanpa kita duga sedikitpun baik itu menimpa seseorang maupun masyarakat secara umum. Namun, sebagai hambanya kita hanya bisa menolak bala tersebut dengan usaha lahir melalui ikhtiar. Salah satunya seperti yang dilakukan masyarakat Pining Kecamatan Pining, Gayo Lues, Aceh.

Tolak bala (tulak bele ) yang berbasis adat kali ini dilakukan dipinggiran sungai Pining, atau lebih dikenal dengan Hulu sungai Tamiang. yang sebelumnya dilakukan di Makam keramat Datu Pining.

Kegiatan yang melibatkatkan semua lapisan Masyarakat tersebut di laksanakan dihari kedua tepatnya 29 November 2022. Bakda Zuhur. Masyarakat pergi pada selepas siang dengan membawa perlengkapan dari rumah masing masing.

Dok Ilanamsu.
Dok Ilanamsu.

Setelah sampai di lokasi masyarakat membentangkan alas untuk duduk meskipun berjemur dibawah panasnya terik matahari  tak menyurutkan semangat masyarakat mengikuti acara kenduri tersebut.

Pada momen ini ada satu ritual  yang disiapkan oleh panitia di akhir acara membuat rakit dari batang pisang kemudian diberi sedikiti makanan serta satu ekor ayam putih yang ditarok di atas rakit tersebut kemudian dilepas dan dihanyutkan yang dipimpin oleh ketua  adat setempat.

Makna dari acara ritual ini mengusir segala yang dengki khianat baik itu dari iblis yang membawa penyakit kepada masyarakat lingkungan sosial. dan  tradisi ini telah dilakukan sejak turun temurun yang dijaga kearifan lokalnya hingga hari ini.

Pasca acara tersebut masyarakat bergegas pulang dari tempat tersebut, namun uniknya jalan yang dilalui untuk menuju lokasi tersebut tak boleh sama harus memilih jalan pulang yang berbeda. (Bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun