Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Nilai-Nilai Syair dalam Tari Saman

26 November 2022   06:05 Diperbarui: 26 November 2022   06:10 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim saman binaan Pemerintahan Gayo lues, Sumber foto, humas Gayo lues

Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu pada umumnya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo Aceh Tenggara. Namun, pendapat yang tari saman tersebut telah ada sebelum Syek saman datang ke Gayo dan Syeck saman hanya mengubah syair syairnya dalam bahasa Gayo dalam menyebarkan agama islam.

Tari saman di Gayo terdapat di beberapa wilayah diantara sebagian Gayo Aceh Tenggara, Gayo lues, Gayo Lukup dan Gayo tali naeh Kecamatan simpang Jernih, Aceh Timur. Di daerah tersebut hampir semua laki laki bisa memainkan tari saman termasuk anak anak, Sebagai bukti mereka untuk memainkan tari saman tak mesti latihan dalam satu wadah seperti Sanggar Seni karna setiap pergelaran adat dimainkan tari tersebut dan tak bisa di pisahkan dari kehidupan mereka.
 
Tari ini mulai di kenal di tanah air, saat tim saman inti yang waktu itu masih Kabupaten Aceh Tenggara di undang memainkan saman di Taman Indonesia Indah TMII, sehingga tari ini di juluki tari tangan seribu. Terus berkiprah sehingga tari ini Go Internasional kala itu.

Dan pada akhirnya, tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.

Sejak saat itu setiap tanggal 24 November setiap tahunnya di peringati hari saman, dan pada 24 November  2022 merupakan peringatan ke  11. Kini tari saman bukan hanya milik urang Gayo tapi milik dunia, kendati demikian kita urang gayo harus tetap melestarikan tarian leluhur tersebut, jangan sempat kedepannya terjadi asal saman di temukan namun orang tak lagi bisa memain kan tari saman, serta diharapkan generasi Gayo bisa manghayati dan meresapi syair syair tari saman tersebut karna saman ini bukan hanya tarian tapi sebagai media dakwah untuk menyiarkan islam di Gayo. 

Selamat hari saman semoga tarian leluhur urang gayo ini bisa lestari selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun