Makanan khas salah satu makanan yang terdapat di setiap daerah Indonesia. Uniknya setiap suku yang ada di nusantara terdapat beragam makanan khasnya. Makanan khas tersebut kebanyakan di bungkus dengan daun terutama daun pisang, Talas. dan Ketupat dari daun kelapa yang masih muda. Serta daun Nongkal. Karna daun tersebut tahan temperatur panas dan bisa menambah wangi makanan tersebut.
Daun Nongkal sebutan dalam istilah lokal, atau nama lain dari daun Ondong atau hanjuang hijau tersebut memiliki nama ilmiah cordyline fruticosa L , biasanya sukar tumbuh dimana mana, dan sebagian masyarakat tanaman ini di gunakan sebagai tanaman hias. Namun, bagi masyarakat suku gayo yang ada di pedalaman, tananaman ini di tanam oleh masyarakat sebagai tampal batas di kebunnya. Alasanya karna tanaman ini memiliki umur bisa mencapai puluhan tahun dan bisa di gunakan untuk bungkus makanan khas.
Masyarakat suku Gayo ketika menyambut hari besar islam, sebut saja Isra' mi'raj, maulid nabi, lebaran hari idul adha dan lebaran idul fitri. Makanan khas sebagai hidangan buat tamu yang datang berkunjung di hari besar islam tersebut salah satunya lepat. Dan itu masih di jaga kearifan lokalnya hingga dewasa ini.
Lepat merupakan makanan khas Gayo yang terbuat dari tepung ketan dan diisi gula merah kalis kemudian dibungkus dengan daun pisang atau daun nongkal dimana pada bagian tengahnya diberi taburan kelapa parut gongseng kemudian dikukus.
Lepat makanan khas tradisional yang di bungkus daun Nongkal, Dokpri
​
Makanan yang satu ini seakan akan menjadi wajib kehadirannya di hari besar islam tersebut, namun di daerah saya tinggal pembungkus lepat lebih dominan menggunakan daun nongkal. Daun nongkal yang panjang sekitar 20 cm dan lebar sekitar 10 cm tersebut mudah di bentuk. Di samping itu makanan tersebut mudah di ikat untuk di keringkan supaya tahan lama. Dan makanan ini setelah kering bisa di goreng dan di bakar sebagai jajanan di hari lebaran tersebut.
Di samping itu makanan khas salah satunya lepat juga memiliki Nilai relegius, nilai kerja sama dan kebersamaan di dalamnya mulai dari proses pembuatannya, serta makanan khas daerah juga ramah lingkungan pasalnya sisa bungkus makanan tersebut cepat terurai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H