Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nangal, Tradisi Masyarakat Gayo Lukup Saat Mulai Musim Tanam Padi

3 Juli 2022   22:23 Diperbarui: 5 Juli 2022   09:16 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengadakan ritual di areal pematang sawah dalam istilah lokal di sebut Nene (pertanda musim tanam di mulai). Dok Uband

Sebagai negara Agraris Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tak jarang sedari nenek moyang kita telah memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. baik itu untuk di tanami dan memungut hasil alam sebagai ketahan pangan.

Namun, patut kita mensyukuri leluhur kita bisa memadukan antara bertani serta menyelipkan rangkaian ritual di dalamnya. Sebagai buktinya setiap suku yang terdapat di tanah air semua berbalut budaya dan ritual ketika bertani. 

Pun demikian dalam satu budaya mungkin terdapat perbedaan meskipun tak mencolok. Seperti tradisi bercocok tanam dalam masyarakat suku Gayo. 

Masyarakat suku Gayo, Biasanya Dalam menentukan kapan di mulai waktu menanam padi di ketua oleh suku adat atau imam gampung atau dalam istilah bahasa Aceh di sebut keujurun blang.

Mengadakan ritual di areal pematang sawah dalam istilah lokal di sebut Nene (pertanda musim tanam di mulai). Dok Uband
Mengadakan ritual di areal pematang sawah dalam istilah lokal di sebut Nene (pertanda musim tanam di mulai). Dok Uband

Ketua adat tersebutlah yang memutuskan kapan waktunya bisa turun kesawah setelah melakukaan musyarawah dengan ketua adat kampung lainnya, mereka berpedoman pada hitungan kelender Hijriah dan perkiraan alam. Dan setelah itu mengumumkan hasil musyawarah tersebut kepada para petani.

Lazimnya, setelah di umumkan hasil kesepatan tersebut. Para petani  yang bergabung dalam satu pemukiman atau dua pemukiman dalam satu kecamatan mengadakan acara ritual kenduri.

Mengarak keliling kampung kerbau yang akan di sembeli oleh masyarakat Dok uband.
Mengarak keliling kampung kerbau yang akan di sembeli oleh masyarakat Dok uband.
Di Gayo Lukup Serbejadi, Aceh Timur ketika hendak kemulai musim tanam padi mengadakan tradisi yang sering di lakukan oleh masyaralat yakni Nangal. Setidaknya 2 kali dalam setahun.

Nangal kecil biasanya masyarakat melakuan dengan menyembelih ekor kambing dan nangal besar menyembelih kerbau putih. 

Namun, uniknya sebelum di sembelih kerbau atau kambing tersebut, terlebih dahulu di peusejuk (tepung tawari) kemudian masyarakat membawa atau mengarak keliling kampung kerbau tersebut yang ikut oleh seluruh masyarakat.

Di samping itu ketua adat di ikuti anggotanya mengadakan ritual di petakan sawah memanjatkan doa sembari menyangkul pertama pertanda musim sawah di mulai, Dan acara puncaknya kerbau tersebut di sembelih dan mengadakan acara berdoa bersama.

Sebelumnya dana untuk membeli karbau tersebut di ambil dari sumbangan masyarakat, namun hari ini dana untuk menyembelih kerbau tersebut di tanggung oleh pemerintahan desa masing masing.

Tradisi nangal merupakan ujud syukur masyarakat atas limpahan rejeki yang di berikan oleh Sang khalik, sembari meminta, keselamatan dalam bekerja mulai dari mengolah tanah hingga panen, menjauhkan tanaman padi hasil rakyat dari ancaman hama penggangu tanaman dan menui hasil yang berlimpah dan berkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun