Mohon tunggu...
Money

Dua Bersaudara Tulang Punggung Keluarga

1 April 2017   14:04 Diperbarui: 1 April 2017   14:36 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bogor (1/04) Sembako merupakan kebutuhan pokok utama sehari-hari yang wajib ada dijual bebas di pasar. Tanpa sembako, kehidupan rakyat Indonesia bias terganggu. Tak terbayang jika di satu daerah tidak ada yang menjual sembako satu pun. Daerah itu pasti sudah tidak ditinggali oleh banyak orang. Terkecuali bagi masyarakat yang tinggal di Jalan Bambu Kuning Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor. Jalan Bambu Kuning ini merupakan jalan yang dipenuhi oleh ruko di tiap samping jalan. Mulai dari toko handphone,rumah makan, warung sembako, dan lainnya.

Warung sembako yang dijalankan oleh dua bersaudari bernama Resi dan Desi ini sudah berjalan selama 16 tahun. Sangat terasa persaingan dalam hal penjualan antara warung sembako. Hal ini disebabkan karena banyaknya warung sembako yang ada di Jalan Bambu Kuning. Meski sangat terasa persaingan antar warung sembako ini, tidak pernah ada keributan / pertikaian satu sama lain. “Gak pernah Alhamdulillah dek sampai pada ribut gara-gara masalah rame enggaknya warung.” Ujar Desi.

Alasan awal Resi dan Des mendirikan warung sembako yaitu untuk memberi makan keluarganya sehari-hari. Meski modal awal mereka dapatkan dari pinjaman bank, mereka dapat melunasinya sebelum jatuh tempo. Jika bertanya mengenai omset warung sembako ini, Resi dan Desi pun tidak mengetahui jumlah pasti omset yang mereka dapatkan. Karena uang yang didapatkan selama berjualan digunakan kembali untuk membeli barang dan sembako yang sudah habis. Namun, mereka menaksir omset mereka bisa sampai Rp. 20.000.000,- dalam beberapa bulan. Lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga mereka.

Meski terlihat ramai dikujungi banyak orang, warung sembako ini sempat mengalami hal-hal yang bisa dibilang tidak mengenakkan. Mulai dari sepinya pelanggan sampai kemalingan. Sepinya pelanggan hamper menjadi rutinitas di hari-hari besar. Dikarenakan barang-barang dan sembako menjadi lebih mahal dan langka. Meski kemalingan tidak sering terjadi, hal ini dapat sangat merugikan pihak penjual seperti Resi dan Desi. Resi juga mengatakan warungnya sempat kemalingan dengan cara hipnotis. Pelaku membuat Resi yang saat itu berjaga di depan warung menyerahkan barang yang diminta begitu saja tanpa perlawanan.

Gudang penyimpanan barang dagangan warung sembako Resi dan Desi
Gudang penyimpanan barang dagangan warung sembako Resi dan Desi
Rumah yang sekaligus toko itu ditinggali oleh keluarga Resi dan Desi. Bagian depan rumah saja yang dipakai sebagai warung dan tempat menyimpan barang yang mereka dapatkan dari agen yang biasa mereka beli. Di bagian dalam terdapat ruang keluarga yang selalu diramaikan dengan seluruh anggota keluarga yang tinggal disitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun