Sebanyak 20 orang kaum ibu dan perempuan berlatih mengolah buah mangrove jenis Perpat dan Berembang (Sonneratia sp) menjadi sirup dan selai. Pelatihan ini dilakukan Oleh PILAR INDONESIA di Rumah Baca Bakau, pesisir Percut-Deli Serdang, Sumatera Utara. Kegiatan ini merupakan bagian dari program menginisiasi konservasi mangrove berbasis mansyarakat di pesisir Percut yang didukung oleh GEF-SGP.
Buah mangrove bisa diolah menjadi sirup, selai dan berbagai produk makanan dan minuman lainnya. ini adalah potensi ekonomi bagi kaum perempuan jika dikembangkan dengan serius, tutur Ismail Director PILAR INDONESIA.
Tidak hanya menjadi makanan, buah-buah mangrove juga bisa juga menjadi pewarna batik yang indah dan produk kerajinan lainnya. Hutan mangrove di pesisir Percut, Deli Serdang menyimpan banyak potensi tetapi belum terkelola dengan baik. Kegiatan Pelatihan pengolahan buah mangrove menjadi produk makanan dan minuman, adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Pilar Indonesia untuk menguatkan kapasitas kaum perempuan nelayan di pesisir Percut agar mampu mengelola potensi buah mangrove menjadi produk. Diharapkan dimasa yang akan datang akan dapat dikembangkan menjadi usaha kelompok yang bisa memberi manfaat ekonomi tambahan bagi keluarga nelayan tradisional yang tinggal di pesisir.
Saat ini, Pilar Indonesia melalui Rumah Baca Bakau terus berupaya mendukung dan mendampingi kaum perempuan pesisir Percut untuk membentuk sebuah kelompok usaha untuk dapat memproduksi produk olahan dari buah mangrove. Pada saat ini, masih dalam tahap peningkatan skil dan keterampilan mengolah buah mangrove dan akan terus berlatih untuk meningkatkan mutu dan kualitas hasil produk. Tahap selanjutnya yang akan dilakukan Pilar Indoensia adalah melatih manajemen kelompok dan perencanaan usaha kelompok perempuan, ungkap Ismail.
Untuk saat ini, memang usaha pengembanagn produk dari mangrove belum berkembang secara besar di Sumatera Utara, hal ini disebabkan oelh berbagai faktor diantara adalah ; (1) produk olehan dari mangrove sangat tergantung oleh musim buah yang jumlahnya juga terbatas, sehingga jumlah produksi juga masih terbatas, (2) segmentasi pasar produk olahan mangrove masih kepada segmen masyarakat tertentu, (3) kurangnya promosi dan kampanye manfaat dan cita rasa produk olahan mangrove kepada masyarakat yang lebih luas, (4) kepamampuan masyarakat masih rendah dan terbatas dalam mengolah dan memanfaatkan buah dan potensi mangrove lainnya menjadi produk olehan yang bernilai ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H