Mohon tunggu...
Ismail Amin
Ismail Amin Mohon Tunggu... -

Warga Indonesia sementara menetap di kota Qom Republik Islam Iran, sembari belajar di Universitas Internasional al Mustafa Qom Iran... salam perkenalan, dan mari saling berbagi... Kita tidak selalu harus berpikir sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Agama Nabi Muhammad Saw Sebelum Diangkat Menjadi Nabiullah

23 Februari 2015   07:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:41 5472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tabe, saya mau mengajak berpikir sedikit saja…

kita mulai dengan pertanyaan ini:

Sebelum diangkat menjadi nabi, Nabi Muhammad Saw agamanya apa?
Oleh ulama, ada yang menjawab begini, dan inilah pendapat yang masyhur, agama Nabi Saw sebelum diangkat jadi nabi adalah agamanya Nabi Ibrahim As, kita menyebutnya saja agama Ibrahimi.

Pertanyaannya, apakah agama Ibrahimi yang dianut Muhammad Saw itu sama persis dengan yang dianut Nabi Ibrahim As [atau dikenal dengan istilah, agama Ibrahimi yang hanif], atau telah mengalami penyimpangan, sehingga diperlukan diutusnya nabi yang baru untuk meluruskannya, sebagaimana sunnahtullah yang selama ini berlaku pada nabi-nabi sebelumnya?

Logikanya begini, agama Ibrahimi yang dianut Muhammad Saw itu mestinya tidak murni lagi, telah mengalami distorsi setelah ratusan tahun terpisah jarak dengan nabi Ibrahim As, oleh karena itu diutuslah nabi yang baru untuk meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan itu, dan mengembalikannya pada ajaran agama yang murni dan sebagaimana aslinya, untuk kemudian disempurnakan sebagai ajaran yang paripurna dan berlaku hingga akhir zaman. Dan nabi baru itu, adalah nabi Muhammad Saw sendiri.

Namun, kalau kita meyakini hal ini, sama halnya kita meyakini, Nabi Muhammad Saw sebelum diangkat jadi nabi, adalah penganut ajaran agama yang menyimpang. Dan ini tidak mungkin, sebab akan menjadi bahan bagi kaum dimasa itu untuk mengolok-olok nabi Muhammad Saw, bahwa kau dulu sama halnya kami juga, yaitu menganut agama yang menyimpang dan sesat. Sebagai orang yang sama-sama pernah berkubang dalam kesesatan, sekarang jangan malah jadi sok tahu, dan berupaya menunjuki kami jalan yang benar. Karena kalau kau memang benar, dan utusan Tuhan, mengapa dulu kau juga menganut apa yang kami yakini?.

Kalau kita mengatakan, bahwa yang dianut nabi Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi nabi adalah agama Ibrahimi yang lurus dan sebagaimana aslinya, berarti saat itu agama Ilahi yang murni belum punah dan masih ada pemeluknya. Buktinya? Muhammad Saw menjadi penganutnya, yang artinya ada yang mengajarkan agama Ibrahimi itu padanya.

Karena itu pertanyaan yang muncul, darimana Muhammad muda mendapatkan agama Ibrahimi yang lurus itu? siapa yang mengajarkannya? siapa yang membimbing dan mengajak Muhammad untuk memeluk dan meyakininya?.

Tentu bukan dari kedua orang tua beliau, karena keduanya sudah wafat sebelum Muhammad Saw kecil, begitu juga dengan kakeknya, Abdul Muthalib yang wafat sebelum beliau memasuki masa balighnya. Yang paling memungkinkan, Muhammad Saw mendapatkannya dari Abu Thalib, paman yang membesarkannya. Tapi itupun dalam catatan sejarah yang masyhur, Abu Thalib ini bukan mukmin dan meninggal dalam keadaan kafir. Lantas dari mana, agama Ibrahimi yang lurus itu didapat oleh Muhammad Saw?

Dan tentu bukan juga dari malaikat Jibril As, karena nabi Muhammad Saw justru tidak mengenalinya dan menyikapinya dengan penuh ketakutan ketika pertama kali malaikat Jibril As membawa wahyu untuknya. Hal ini sebagaimana diyakini umat Islam mayoritas.

So, dari mana?

atau kita memilih saja, agama Muhammad Saw sebelum diangkat jadi nabi adalah agama yang menyimpang? atau sebut saja menganut aliran sesat. [ada lho, ulama yang meyakini opsi ini]

atau kita memilih, meyakini Abu Thalib adalah penganut agama Ibrahimi yang hanif [lurus] dan itulah yang diajarkannya kepada keponakannya, sampai kemudian diusia 40 tahun, Muhammad diangkat sebagai nabi akhir zaman untuk membawa syariat yang menyempurnakan agama Ibrahimi yang dianutnya sebelumnya… dan Abu Thaliblah yang kemudian menjadi pembelanya yang terdepan? dengan demikian jika memilih opsi ini, maka secara tegas harus kita katakan, Abu Thalib adalah seorang mukmin dan mati dalam keadaan memeluk agama yang hanif, yaitu agama keponakannya… dan tolak riwayat-riwayat yang mendiskreditkannya, yang menyebut ia mati dalam keadaan kafir dan di neraka.

atau memilih meyakini,  bahwa meski belum diangkat jadi nabi, baginda Muhammad Saw sudah berinteraksi dengan malaikat Jibril As atau memiliki kontak dengan alam ghaib yang kemudian dari situlah beliau mendapatkan ilmu dan pengetahuan mengenai agama yang hanif. Kalau kita meyakini ini, maka catatan sejarah yang menyebutkan nabi kebingungan dan dilanda ketakutan yang luar biasa ketika didatangi malaikat Jibril As harus kita tolak mentah-mentah, sebab jika tetap meyakininya, maka terjadi kontradiktif yang akut pada keyakinan ini.

atau kita yakini saja, sebelumnya Muhammad Saw tidak menganut agama apapun?.

mari berpikir, tidak harus sama, tapi marilah sama-sama berpikir… ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun