JIKA penat dan jenuh dengan aktivitas yang membelenggu, sekali-kali berkunjunglah ke Waduk Malahayu. Rekreasi alam dengan perpaduan wisata air bisa didapat di salah satu obyek wisata primadona Kabupaten Brebes.
Waduk Malahayu, terletak di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo. Jika dari pantura arah Cirebon-Kota Brebes, pengunjung akan menemui pertigaan Tanjung, beloklah ke Selatan sejarak 18 kilometer. Atau jika melewati jalur Pejagan-Purwokerto, dari Ketanggungan dapat menempuh arah ke Kersana dan melanjutkan perjalanan ke arah Selatan sekira 7 kilometer. Selepas dari kota Kecamatan Banjarharjo, mata kita akan dimanjakan pemandangan alam khas pegunungan dengan hutan di kanan kiri.
Waduk Malahayu konon menjadi salah satu waduk peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1930. Luasnya berkisar 944 hektare. Fungsi waduk ini disamping sebagai sarana irigasi lahan pertanian wilayah Kecamatan Banjarharjo, Kersana, Ketanggungan, Losari, Tanjung dan Bulalakamba juga sebagai pengontrol banjir.
Objek wisata alam ini menyuguhkan keindahan dan kenangan sejarah masa lampau. Sejauh mata memandang, waduk ini dikelilingi oleh rerimbunan hutan jati. Di sebelag barat laut, gundukan daratan hijau berdiri menjulang seperti menjaga keberadaan waduk. Sementara di tengah waduk, terlihat ada daratan layaknya pulau kecil menambah eksotimse makin kuat. Jika ingin lebih intim bercengkerama dengan panorama Malahayu, pengunjung bisa berkeliling di waduk menggunakan perahu wisata yang disediakan pengelola. Pengunjung bisa menjelajahi setiap detail keindahan yang ditawarkan, sambil berinteraksi dengan aktivitas warga yang tengah mencari ikan di waduk tersebut.
Soal kuliner, jangan khawatir, puluhan warung siap melengkapi kebahagiaan wisata anda. Beberapa bahkan menawarkan hidangan khas ikan mujair goreng yang diperoleh dari waduk. Pengunjung bisa menikmati hidangan ini sambil merasakan semilirnya angin dan panorama waduk.
Berwisata di Waduk Malahayu, konon sudah lesu dibanding beberapa dekade terdahulu. Rasanya tidak salah jika pengunjung masih terganggu dengan minimnya fasilitas penunjang. Di tambah, sampah-sampah berserakan, atau tembok yang penuh corat-coret tangan jahil. Dan lagi, aroma khas pegunungan terasa mulai luntur, Malahayu kini lebih panas dibanding beberapa tahun lalu yang sejuk.
Jika Pemerintah Daerah lebih serius, barangkali obyek wisata ini bisa lebih dikembangkan lagi. Di beberapa sudut, masih ada space untuk membuka ruang wisata baru, khususnya wisata anak, misalnya dengan menghadirkan koleksi aneka satwa. Wisata kearifan lokal warga sekitar, juga kurang terakomodir. Barangkali, di sekitar waduk masih bisa disulap menjadi kampung wisata dengan kesan yang lebih kuat.
Tapi, kekurangan itu tidak mengurangi refreshing kita. Apalagi, jika lebih lama lagi, pengunjung bisa bercengkerama dengan keramahan Desa Malahayu. Salah satu desa wisata yang juga menjadi sentra dari beberapa kerajinan dan kelompok perekonomian. Di desa ini terdapat pegelolaan peternakan sapi Jawa Brebes (Jabres), kerajinan keramik, budidaya jeruk hingga budidaya perikanan. (ism)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H