Mohon tunggu...
Ismael Freud
Ismael Freud Mohon Tunggu... -

Menyelesaikan masalah dengan masalah ::: Memberi solusi tanpa bukti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Brebes Dikepung Bencana, "Endi Mitigasine"?

22 Februari 2018   18:29 Diperbarui: 22 Februari 2018   18:36 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MUSIM rendeng masih dadi memedi nggo wong Brebes. Nggal musim udan ora keri ana bencana alam. Nggal taun Brebes dikepung bencana. Banjir ngendi-ngendi ora, longsor ya ora mandeg-mandeg. Dalan, jembatan sing digawe larang-larang, pada rusak.

Innalillahi wainna ilihi rajiun. Ning kalane wong lor lagi katisen kenang banjir, kabar lelayu teka sing Kecamatan Salem. Tanah longsor gede-gedean ngrubuhi Desa Pasirpanjang, Jemuah (22/2), ana wong 5 ketemu wis dadi mayit, 14 luka lagi dirawat, wong 18 masih digoleti.

Tak pikir-pikir, jane tah dewek wis apal ning tabiat alam Brebes. Wis paham daerah rawan, namung memang durung sepenuhe siap. Aja maning rayat, pemrentahe be kaya-kayane durung ana kebijakan holistik nggo "nyambut" bencana. Nyambut karena rutin kedaden. Akibate, dewek masih kagetan, masih gumunan. Tapi wis nglakoni apa nggo nyegah bencana, apa malah dewek sing ngundang bencana.

Pemrentah Brebes kudune sadar, sebagai daerah rawan bencana, perlu ana sistem penganggaran mitigasi bencana. Tanggap darurat penting, tapi ora efektif nggo sakabehe sebab cuma tindakan pascabencana. Kasebut ning PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pasal 1 (6): Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Trus, jare UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9 nyebut, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Tegese ana telu tahapan mitigasi, prabencana, bencana, pascabencana. Prabencana ngetung karo pemetaan, sinkronisasi kegiatan penganggaran. Sebab bab kiye biayane gede, maka perlu misi pengarusutamaan anggaran kebencanaan setiap SKPD. Prabencana uga soal edukasi dan sosialisasi warga priben carane nyegah, ngatasi bencana. Aja sampe ana wong kaget ana bencana. Mitigasi kudu dadi budaya baru. Baru ning tanggap bencanane, ya alat, ya manusiane, ya sisteme kudu disiapna sacapet-capete. Insyallah, penanggulangan bencana sing terintegrasi dampak bencana bisa diminimalisir.

Wis wayae mulai bersahabat karo alam, endah siap ning bencana. Kenal tur paham tanda-tandane, mesti peluang terbaik menghindari dampaknya. Wallahu a'lam bishawab. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun