Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI telah memutuskan "terhadap pokok laporan nomor 01/LP/PP/RI/00.00/VIII/2018 yang menyatakan diduga telah terjadi pemberian imbalan berupa uang oleh Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS pada proses pencalonan presiden dan wakil presiden tidak dapat dibuktikan secara hukum," ujar Ketua Bawaslu Abhan dalam keterangan resminya, Jumat
Dalam beberapa pekan terakhir ini media diramaikan oleh cuitan Melalui akun Twitter milik Andi Arief yang menuding Sandiaga Uno telah memberikan mahar politik dengan total Rp 1 triliun kepada PAN dan PKS agar menerimanya sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Sontak pernyataan Andi Arief yang merupakan mantan aktivis sekarang sebagai politisi Partai Demokrat., ramai diperbincangkan. Lelaki kelahiran Bandar Lampung yang pernah menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada ini, di masa kuliahnya imerupakan  aktivis yang kerap melakukan demonstrasi.  Dia juga pernah menjadi Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM 1993-1994, Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol 1994-1995. Juga pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Solidaritas Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berpayung pada Partai Rakyat Demokratik (PRD.
Sensasi dan kontroversi dari pernyataan Andi Arif secara sengaja ataupun tidak sengaja sepertinya menjadi bahan yang sering memunculkan nama Prabowo dan Sandiaga Uno di dunia maya. Kita pahami bahwa sebuah sensasi dan kontroversi adalah salah satu kunci utama untuk mempopulerkan sesuatu di dunia maya. Penyataan-pernyataan yang kontroversial tentu akan melahirkan banyak komentar yang akan terus menerus memunculkan nama tetapi tentu juga harus siap-siap diajak twitwar. Semakain panas twitwar yang dilakukan maka akan semakin banyak mata netizen yang akan tertuju.
Dalam dunia politik pernyataan-pernyataan yang kontroversial adalah hal yang biasa, apalagi dalam strategi pemenangan pilpres, kita dapat melihat beberapa tahun terakhir yang lalu dalam pilpres di Amerika Serikat. Masih segar dalam ingatan kita banyak hal-hal yang kontraversial dari diri Donal Trump.
Trump sangat memahami dengan baik dari sebuah pepatah lama, "bahwa tak ada publisitas yang buruk". Bahkan dia tahu ketika para pengamat muncul di TV mengecam kebijakannya, maka penonton akan setia mendengarkan retorika-retorikanya. Dia tahu persis harus menyampaikan sesuatu untuk membuat penonton jengkel, dan secara naluriah bagaimana cara menarik perhatian mereka. Setiap kali lawannya mulai mendominasi pemberitaan, ia akan melemparkan granat retoris, membuat kamera kembali mengarah kepada dirinya.
Seperti serangkaian rencana kebijakannya apabila terpilih menjadi presiden sangat bertolak belakang dengan pemerintahan Amerika Serikat saat ini. Trump berencana membangun tembok perbatasan antara Amerika Serikat dan Meksiko. Trump juga berencana melarang setiap muslim untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Uniknya, pemikiran Donald Trump ini justru membuat tingkat popularitasnya melonjak tinggi. Bahkan, yang semula namanya tidak diperhitungkan justru bisa merengsek naik menjadi salah satu kandidat kuat dari Partai Republik.
Donald Trump meraih 276 electoral vote, meninggalkan Hillary Clinton yang meraih 218 electoral vote. Dengan begitu, Hillary Clinton tak mungkin mengejar perolehan suara Donald Trump. Kekalahan ini mengubur impian Hillary untuk mengikuti jejak suaminya Bill Clinton menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat, Â dengan perolehan 276 electoral vote, Donald Trump telah melampaui ketentuan 270 electoral vote yang harus direbutnya untuk memenangkan pilpres AS.
Pada tanggal 8 September 2016, Donald Trump akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-45. Trump berhasil mengejutkan dunia dengan mengalahkan calon favorit dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Kemenangan Trump mengakhiri delapan tahun kepemimpinan Partai Demokrat di Gedung Putih.
Ternyata, salah satu keberhasilan Donald Trump memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat tak terlepas dari strategi kampanyenya di media sosial yang jauh lebih agresif dibandingkan Hillary Clinton. kicauan soal Donald Trump paling mendominasi. Dibanding kicauan berisi Hillary Clinton, Kicauan dukungan terhadap Donald Trump bisa empat kali lebih banyak. Gampangnya, tiap satu kicauan Hillary Clinton akan dibalas dengan empat kicauan Donald Trump. Secara angka, kicauan soal Donald Trump mendominasi hingga 81,9%.
Adanya isu -- isu yang mulai ramai diperbincangkan di media internet sekarang ini apalagi menjelang pemilihan presiden RI 2019 nanti, apakah salah satu isu yang dimunculkan untuk "mengangkat" nama calon seperti isu yang dilemparkan oleh Andi Arif memang bertujuan sebagai salah satu sensasi yang coba dilemparkan sebagaimana beberapa sensasi yang dilemparkan oleh Donal Trump dan tim pemenangannya, yang membuat kicauan soal Donald Trump mendominasi hingga 81,9%, sehingga menjadi salah satu kunci untuk menghantarkan Donal Trump sebagai Presiden AS yang ke-45.