Roda pesawat Wings Air mendarat mulus di bandara Syamsuddin Noor kota Banjar Baru, dan perjalanan panjang pun dimulai. Rute pertama kami menelusuri bagian tengah bumi Kalimantan, membelah hutan belantara Borneo yang eksotis. Dua jam lebih kami menerawang kehidupan rakyat Kalsel dan Kalteng yang majemuk, dikanan kiri kami terpampang sebuah harmoni kerukunan antar warga beda suku.
Tongkat Ali
Di Pulang Pisau, kami menyaksikan secara bergantian desa-desa orang Banjar yang muslim, Dayak yang Nasrani dan Bali yang Hindu. Sesuai Semboyan kabupaten ini adalah “Handep Hapakat” yang dalam bahasa Indonesia diartikan ” Hidup Rukun dan Damai Untuk Kesejahteraan Bersama ”Setelah dua jam, kami tiba digerbang PLTU PJB Pulang Pisau di Kapuas Hulu. Papan nama masih terlihat nama perusahaan China yang sebelumnya mengelola PJB Pulang Pisau sebelum diserahkan ke bumiputera di akhir Desember 2015. Antara Pulang Pisau dan Banjarmasin hanya 2 jam perjalanan darat tapi ada perbedaan waktu satu jam. Kalau Pulang Pisau memakai WIB alias Waktu Indonesia Barat yang sama seperti di Pulau Jawa. Tapi di Banjarmasin memakai WITA atau Waktu Indonesia Tengah.
Malam menyambut kami di kota seribu sungai, Banjarmasin, ditemani soto Banjar yang lezat kami menuntaskan rasa lapar kami. Masih ada satu customer yang menunggu kami di Pelaihari, besok pagi. Kami menyempatkan berkeliling kota Banjarmasin, sekilas kotanya bersih walaupun padat dengan lalu lintas. Kendaraan merupakan representasi kota besar di Indonesia. Di kota ini mudah menemukan penjual minyak bulus dan tongkat ali, lelaki yang biasa ke Banjar pasti hapal dengan dua benda pusaka ini, ingin rasanya membeli satu atau dua botol buat oleh-oleh tapi ketergesaan menjadi halangan kami.
Menuju Pelaihari
Berteman GPS di smartphone kami coba peruntungan: menemukan jalur ke Pelaihari. Setelah sejam lebih akhirnya kami menemukan buruan kami, disebuah desa kecil yang tenang, PT Indofood. Kantor lumayan besar bila dibandingkan perusahaan yang sama di Makaasar. Indofood di Pelaihari khusus untuk divisi Noodle (mie), wilayah pemasaran meliputi semua area Kalimantan kecuali kalbar. Ada 10 unit kendaraan kami yang disewa di PT. Indofood. Kesepuluh unit tersebut tersebar dari Pelaihari hingga Pangkalan Bun yang jaraknya ribuan kilometer.
Sepulang dari Banjar hari Rabu, dua jadwal menyapa customer menanti. Senin 16 Mei , ditemani udara Balikpapan yang basah kami membahas bejibun komplain dan sebuah komitmen pembayaran dari customer telekomunikasi. Ada ratusan unit kendaraan yang disewa, medan kerja lumayan berat karena masuk hingga ke pelosok Kalimantan. Banyak jalanan yang masih berkabung tanah yang bila musim hujan menyiram jalanan berubah menjadi arena motor cross. Kalimantan berbeda dengan Sulawesi atau Jawa, jarak antara satu kota dengan kota lain saling berjauhan.
Jas Merah
Keesokan harinya dari dermaga kayu di pelabuhan Semayang, kami berempat atas nama empati rela menempuh perjalanan laut yang singkat untuk mencairkan beberapa kendala dengan pihak Petrosea. Sejak pertemuan pertama di bulan Oktober 2015, saya sangat terkesan dengan bos di perusahaan ini, cara dia bertutur dan memilih kata sangat memukau. Pada satu meeting dia pernah berujar "warna jas kita sama merah, pelayanan kalian harus bagus" bapak itu rupanya satu almamater (jas merah) dengan kami di Unhas. Belum tuntas memang tapi setidaknya kemarin sebuah email yang masuk berisi data-data bad debt mengembirakan hati saya. Kami berharap kedepannya masalah deduction driver dan unit bukan lagi menjadi kendala.