Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengembalikan Kejayaan Cahaya Bone di Sulawesi

4 Januari 2015   14:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:51 2153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_388219" align="aligncenter" width="557" caption="Armada baru (Foto:Amril Arifin)"][/caption]

Bagi sebuah perusahaan usia 62 tahun menandakan kematangan dan pengalaman yang hebat dalam mengarungi persaingan bisnis. Berawal dari kota kecil di jazirah Sulawesi bagian Selatan, Bone, sebuah perusahaan otobus lahir dan mewarnai zaman. Kemunculan Cahaya Bone telah memperdek jarak dan sekat di wilayah Sulawesi, menjadi petarung lintas Sulawesi sejak tahun 1952. Sayangnya diusia yang matang tersebut, laju pertumbuhan Cahaya Bone tidak secemerlang usianya. Cahaya Bone telah lama kehilangan cahayanya, tertutupi oleh kemegahaan perusahaan otobus baru yang membawa bus mewah. Ajaibnya, ketika begitu banyak PO yang tergilas zaman seperti Edi Jaya, Mammala, Sartika, Rajawali, Garuda, Hadji Beddu Solo dan lain-lain, Cahaya Bone tetap bertahan walau cahayanya meredup

[caption id="attachment_388220" align="aligncenter" width="518" caption="Petarung lintas Sulawesi (foto:bismania.com)"]

142032773177557593
142032773177557593
[/caption]

Kondisi tersebut mendorong manajemen baru bertindak cepat dengan melakukan peremajaan beberapa kendaraan dan membuka rute baru yang potensial. Optimisme dan langkah positif manajemen baru ini bagai oase ditengah gurun yang tandus. Persaingan bus yang semakin ketat ditambah ekspansi penerbangan murah (low cost carrier) yang semakin masif dan kehadiran mobil angkutan plat hitam mendorong manajemen bekerja lebih kreatif dan inovatif. Kini dengan dukungan beberapa armada baru dari kelas travel, medium bus hingga bus besar, Cahaya Bone mantap menatap persaingan.

Strategi ala Lorena

Di Indonesia sebelum munculnya penerbangan dengan label murah, jumlah bus di Indonesia mencapai 200 ribu unit, kini jumlahnya menurun menjadi 197 ribu unit. Tiada jalan lain adalah dengan mensiasati kondisi tersebut. Melawan tarif murah pesawat dengan rute yang sama adalah sebuah blunder, bagaimana pun psikologis penumpang lebih memilih pesawat yang lebih cepat. Seperti yang dilakukan PT Eka Sari Lorena Transport, satu dari dua Perusahaan otobus yang mampu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu caranya dengan membuka rute yang tidak dilalui oleh penerbangan murah seperti Jakarta-Lubuk Linggau. Langkah ini sangat jitu dan terbukti mampu menarik penumpang yang tidak dijangkau pesawat. Lorena saat ini mengoperasikan sekitar 500 bus Mercedes Benz dengan empat kelas yaitu Super Eksekutif, Eksekutif, VIP, dan Bisnis yang melayani lebih dari 60 kota tujuan di seluruh Indonesia. Di bursa saham, Lorena dan Cipaganti saling kejar mengejar meraup investor baru.

[caption id="attachment_388226" align="aligncenter" width="500" caption="Bus Lorena (foto:flickr.com)"]

1420328245419101504
1420328245419101504
[/caption]

[caption id="attachment_388223" align="aligncenter" width="483" caption="Bintang Timur (foto:garasibis.blogspot.com)"]

14203279981273121768
14203279981273121768
[/caption]

Melangkahi Bintang Timur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun