Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mafia Wasit Belum Mati!

4 September 2014   05:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:40 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14097564571635314261

[caption id="attachment_357070" align="aligncenter" width="538" caption="Partai Persija VS PBR (foto: bola.liputan6.com)"][/caption]

Arbitro Mafioso (mafia wasit) teriak Giuseppe Accardi pemain Pelita Jaya musim 1995-1996 pada suatu waktu, Accardi kesal melihat kerja wasit kita yang amburadul. Dua tahun setelah teriakan Accardi, skandal mega suap wasit terbongkar. Wakil ketua Komisi wasit PSSI Djafar Umar bersama 40 kroninya terbukti menerima suap. Mereka dihukum keras dilarang terlibat dalam sepakbola nasional selama 20 tahun. Apakah setelah skandal suap para mafia tersebut jerah? Ternyata tidak!

Selepas drama di tahun 1998, wasit dan perangkat pertandingan masih menjadi noktah hitam dalam lembaran sepakbola nasional. Mereka tentunya tidak bermain sendiri, pengurus klub, pengurus PSSI hingga pemain dituding terlibat skandal suap. Pengaturan skor hingga pengatura wasit adalah menu harian liga Indonesia. Setelah melewati fase perjuangan yang meletihkan penuh intrik kini kita kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa mutu wasit kita masih menyedihkan.

Ada dua kasus yang menjadi sorotan publik jelang berakhirnya babak penyisihan ISL musim 2014. Klub berebut tiket 8 besar sebagian lainnya berjuang jangan sampai terjerembab masuk jurang degradasi. Tidak tertutup kemungkinan segala cara dihalalkan dengan ambisi yang kotor.

Pertandingan Persija vs Pelita Bandung Raya (PBR) di GBK salah satu partai yang berakhir kontroversi. PBR dan Persija bersaing ketat memperebutkan satu tiket tersisa. Sampai masa injury time PBR unggul 1-0 lewat gol Bambang Pamungkas. Di menit 90+6 wasit Prasetyo memberi kado penalti buat Persija, pemain PBR protes keras, tapi wasit tidak bergeming. Ponaryo dengan dingin mencetak gol penyama di detik-detik terakhir, kemenangan PBR dirampok wasit di detik terakhir.

Di Stadion Palaran tersaji pertarungan menentukan antara tuan rumah Persisam Putra Samarinda yang posisinya terancam masuk kotak terlempar dari ISL melawan PSM Makassar yang juga berjuang lolos delapan besar. Pertandingan berjalan seru dan sepertinya akan berakhir imbang 1-1. Sebuah drama terjadi di menit 90+4 masa injury time, Persisam mendapat durian runtuh, wasit Djumadi Effendi memberi hadiah penalti setelah hakim garis mengangkat bendera mengira ada pelanggaran. Sontak pemain PSM protes keras, pertandingan terhenti selama 10 menit, wasit tetap dengan keputusannya penalti buat tuan rumah. Dan Naser Al Saebi sukses mengelabuhi Markus Horizon, PSM kalah di detik terakhir. Sama dengan kasus yang menimpa PBR, dari tayangan video tak ada kontak langsung antara pemain PSM dan Pusam. Bagi PSM ini bukan kali pertama dipermainkan oleh wasit, ketika final Liga Indonesia 2001 sebuah gol penyama dari PSM juga dianulis wasit padahal dari tayangan TV pemain PSM tidak offside.

Konon menjadi tuan rumah adalah keuntungan, baik ada suap maupun tidak. Tapi di Liga Indonesia sungguh luar biasa. Hampir tak ada tuan rumah yang kehilangan poin pada pertandingan kandang. Tim tamu yang ingin menang mesti unggul lebih dari satu gol dan bermain aman, jangan buat pelanggaran dalam kotak 16 kalau tidsak mau dihukum penalti. Resepnya sederhana: "Kita kasih uang saku ke wasit," kata satu manajer klub. Kalau tim tamu ngotot bertahan, hadiah penalti di menit-menit terakhir siap diberikan. Sampai kapan episode pahit ini akan berakhir? Kompetisi yang buruk akan menghasilkan pemain bermental buruk dan tentu saja tanpa prestasi yang membanggakan. Jika Accardi membaca berita ini dari Italia sana, dia pasti tersenyum dan berkata dalam hati "saya memang benar, bukan?". Dan akhirnya revolusi kita belum tuntas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun