Saya harus merogoh kocek untuk membuktikan bahwa saya termasuk intuiting, sebelumnya istri menduga bahwa sy termasuk kaum thinking yg berpikir dan bertindak memakai otak kiri, anda tahu kan bagaimna prototipe orang otak kiri itu, yah kaku, kurang romantis dan sulit melakukan perubahan! Dan fatalnya orang akunting paling pas di area ini, thinking, kalau anda baca buku Ippho Santosa, Marketing vs Accounting, orang akunting di deskripsikan sebagai orang kaku, prosedural dan introvert. Dan sumpah itu bukan saya. Mungkin karena itu saya tidak sukses di bangku sekolah dan kuliah, karena model pembelajaran yang kaku tidak sesuai dengan karakter saya. Saya lebih menyenangi sesuatu yang bisa membuat saya berimijinasi jauh, seakan-akan menjelajahi dunia yang berbeda.
Pengertian sederhana dari Intuiting extrovert adalah jenis kepribadian yang berbasiskan kecerdasan indera keenam (intuisi) yang proses kerjanya dikemudikan dari luar dirinya menuju ke dalamdirinya. Kepribadian Ie ini memiliki kekhasan karena memiliki kemampuan kreativitas yang meruang (spatial) yang melebihi delapan jenis kepribadian yang lain.
Lalu bagaimana anda bisa tahu kepribadian anda? Mungkin orang HRD dan psikologi sudah ada yg tahu tapi saya yakin banyak yang belum tahu dengan test Stifin. Stifin merupakan test sidik jari yang memetakan manusia ke dalam lima karakter yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan insting. Diantara kelimanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode ini ditemukan oleh Farid Poniman orang asli Indonesia, diyakini bahwa sidik jari memiliki kode genetik yg terhubung dgn sel otak. Dibanding test Tallent Mapping, test Stifin lebih akurat karena langsung test scan sidik jari bukan menjawan pertanyaan yang bisa saja dimanipulasi atau di rekayasa demi tujuan tertentu. Walau sebenarnya hasil antara test Stifin dan Tallent Mapping tidak akan berbeda jauh. Contohnya saya, hasil Tallent Mapping juga cenderung otak kanan, bahkan tiga kategorinya (developing, programing, dan visioner) dapat point 100, dari lima point tertinggi lainnya hanya satu yang masuk otak kiri yaitu analisis.
Apakah intuting tdk cocok untuk pekerjaan akuntansi?
Bila melihat sekilas memang tidak relevan, bayangkan bgmana jadinya jika orang yg di beri DNA kreatif bekerja di akuntansi, bisa bisa laporan keuangan dan prosedur akuntansi jadi kelihatan sederhana. Dari pengalaman sya, sejak awal sy bilang kl dikasih 10 perhitungan maka kemungkinan akan ada 2 yg cacat. Salah satu kekurangan orang intuting adalah gampang bosan, bayangkan selama 9 tahun kerja saya sudah 7 kali ganti perusahaan. Pengalaman lain, saya pernah kerja di salah satu perusahaan, dalam ruangan yg hanya berukuran kurang 4x6 meter selama tiga tahun 10 bulan, saya sampai 6 kali ubah posisi meja dan kursi kerja, satu satunya yang belum saya ganti adalah istri..hehehee, kelebihannya jika diminta membuat prosedur yg simple, wah orang intuiting lebih cocok. Disamping itu orang intuting selalu menghendaki perubahan. Senantiasa berubah.Di perusahaan sekarang pun saya dengan naluri intuiting mencoba menyederhanakan pekerjaan akuntansi yang kelihatan rumit, memangkas pemborosan dengan cara sederhana dan rasanya gelisah jika dalam sebulan tidak melakukan perubahan. Saya yakin bahwa kecerdasan alami tersebut bisa bergeser atau menjadi kurang dominan tergantung pada kerja keras dan lingkungan. Seperti Prof BJ. Habibie yang konon dianggap memiliki kecerdasan feeling ternyata menjadi seorang enggineer yang hebat. Di Amerika Serikat, 50% lebih CEO berasal dari akunting atau berlatar pendidikan akuntansi, tapi mereka bukan akunting yg kaku yang tahunya hanya angka-angka.
Di Indonesia beberapa akuntan terkenal justru mereka yg keluar dari zona kekakuan sebut saja Ignasius Jonan, Riyanti Hutapea, Zainal Soedjais, Sudirman Said, Emirsyah Satar. Mereka tdk hanya jago berhitung tapi punya wawasan yg luas.
Test Stifin paling bagus untuk anak anak agar orang tua tdk salah memindai bakat si anak. Saya selalu bilang setiap anak dilahirkan dengan kecerdasan tertentu, setiap kita diberi kecerdasan yg berbeda, semua dari kita adalah makhluk yg cerdas tidak ada anak manusia yg bodoh hanya saja mereka blm menemukan passion saat belajar atau bekerja. Kalau anda nonton film Bollywood Taare Zamen Par (seperti bintang bintang dilangit) anda akan tahu bagaimana seorang anak keterbelakangan mental punya juga bakat melukis.
****
Ternyata anak saya Naufal punya bakat kecerdasan yg sama dgn saya, intuiting ekstrovert, like father like Son, bedanya dia lebih pada verbal sedangkan saya tulisan, makanya tidak heran selama perjalanan dari kantor ke rumah, Naufal tidak berhenti bicara, apa yg dia lihat langsung dikomentari, sedangkan saya lebih suka menulis yang saya lihat dan rasakan. Dengan mengetahui mesin kecerdasan si anak, tugas orang tua lebih muda tinggal mengarahkan anak tersebut sesuai kecerdasannya. Dan pekerjaan akunting kurang pas buat Naufal. Yang penasaran dgn mesin kecerdasan yg Allah titipkan bisa segera test Stifin, dijamin sangat bermanfaat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H