Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Angka Keramat di Pusat Bisnis Kalla

6 Desember 2016   10:34 Diperbarui: 7 Desember 2016   13:34 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali naik lift, saya sering memperhatikan angka-angka di lift tersebut. Seperti disalah satu Hotel di bilangan MT. Haryono, Balikpapan, angka lift di hotel tersebut terasa ganjil, tidak ada angka 4. Dibanyak kantor dan hotel hilangnya angka 4 dan 13 sesuatu yang wajar, ada anggapan kalau kedua nomor tersebut punya aura negatif.

Bangsa Tiongkok percaya angka 4 identik dengan kesedihan dan kematian, sehingga angka tersebut tidak dijumpai di banyak bangunan. Bukan hanya bangsa timur lekat dengan mitos, orang-orang di Barat yang lebih modern juga percaya bahwa angka 13 adalah angka sial dan keramat. Lihat saja film Thirteen Ghost yang menakutkan. Konon Pemahaman tersebut lahir dari sebuah pemikiran Kabbala, salah satu sekte Yahudi, yang mempercayai angka tertentu mempunyai daya magis dan religius.

Paul Hoffman, di dalam Smithsonian Magazine (Febr, 1987), menyatakan jika fobia terhadap angka 13 ini telah menelan biaya satu miliar dollar AS pertahun. Fobia itu telah menyebabkan orang mangkir dan membatalkan keberangkatan kereta dan pesawat terbang, serta mengurangi aktivitas perdagangan di setiap tangal 13 setiap bulannya (tribun solo 6/12/2016). 

Berbeda dengan bangsa Tiongkok, beberapa bangsa dunia punya nomor yang dinilai sial seperti Di India menganggap angka 8 dan 26 sebagai angka bencana, namun di China angka 8 adalah angka kemakmuran, Makanya, Olimpiade di Beijing resmi dibuka tepat jam 8 malam, tanggal 8 Agustus 2008.

Pertama kali saya menyadari keganjilan tersebut ketika menaiki lift di salah satu gedung tinggi di bilangan Sudirman, Makassar, tidak ada angka 13 di lift tsb, angka 13 diganti angka 12A. Apa semua bangunan mempercayai miros tsb! Nyatanya TIDAK, gedung di Wisma Kalla tetap memakai nomor 4 dan 13. Lantai 4 tempat mushalla yang lumayan luas, selain itu lantai 4 tempat kuliner yang elegan, dengan hanya menempelkan ID Card karyawan anda bisa memesan makanan, keren bukan! Sedangkan lantai 13 adalah episentrum bisnis tempat saya kerja, Kalla Tansport. Saya merindukan dua tempat ini.

Ilmu tentang makna mistis angka dan pengaruhnya dalam kehidupan disebut Numerologi. Kaum Kabbala termasuk kaum yang gemar mengutak atik angka angka dan mengaitkan dengan ayat ayat suci dan ramalan masa depan. Pernah Nesta salah satu pemain belakang legendaris AC Milan ditanya soal pilihan nomor punggungnya 13, dengan rileks Nesta menjawab, nomor ini angka sial bagi lawan.

Apakah hanya kaum kabbala gemar Numerologi, rupanya tidak. Lihat saja dalam beberapa tahun belakangan ini muncul tulisan atau meme yg mengaitkan suatu peristiwa dengan ayat ayat suci, salah satu yang paling heboh adalah tragedi 11 September 2001. Dari hari kejadian hingga jumlah lantai gedung dicarikan kecocokan dengan ayat ayat suci, untuk membenarkan klaim mereka. Nyatanya semakin modern peradaban kepercayaan terhadap bilangan tetap subur, menyedihkan kepercayaan ini tumbuh subur dikalangan religius.

Dan aura Kabbala makin menguat sejak awal bulan ini hingga awal Desember, momentumnya adalah pesta politik yang semakin menuju hari H. Disekitar kita ada banyak mitos nomor yang tentu saja jauh dari rasionalitas dan agama. Sekilas memang menarik mengaitkan angka-angka dengan ramalan masa depan atau karakter manusia namun pemahaman semacam tersebut justru pembodohan terselubung. Dalam tradisi Islam semua hari dan angka adalah baik, tidak usah mengutuk dan mengaitkannya dengan peristiawa sesuai selera masing-masing.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun