Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Energi Kreatif: Simpel & Murah

19 April 2015   21:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_411211" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi (gambar:www.shutterstock.com)"][/caption]

Anda masih ingat dengan film Badut-Badut Kota yang dibintangi Dede Yusuf dan Ayu Azhari, film dekade 90-an yang punya cukup berkesan bagi saya, bukan percakapan di pagi hari yang mencentil soal keramas dan malam sunnahnya, tapi tentang kegigihan tokohnya yang mampu mengubah haluan hidupnya dari seorang Badut kota yang kere menjadi pebisnis makanan yang berkecukupan.

Dalam salah satu scene film Badut-badut Kota di ceritakan tentang kegigihan Dedi (Dede Yusuf) yang mendatangi selusinan lebih konter informasi dikantor, kepada petugas dia menitip pesan "pak tolong panggilkan pak xxx ditunggu pak Dedi makan siang di warung makan xxx", warung makan tersebut adalah milik pak Dedi sendiri, ini sengaja dilakukan agar warung makan miliknya tersebut dikenal oleh karyawan perkantoran, efeknya ada ratusan yang mengenal warung makan tersebut, sebuah cara yang kreatif dan tentunya gratis.

Kepada teman di perusahaan otobus, saya sarankan untuk mencoba cara ini, coba datangi konter informasi di MTC, bilang kepada petugasnya "Pak Rodja ditunggu oleh Pak Arman dilantai 1, bus Cahaya Bone tujuan Bulukumba akan berangkat 15 menit lagi", ratusan pengunjung di mall tersebut akan mengenal Cahaya Bone dan rute Bulukumba, simple dan gratis, hanya butuh sedikit nyali.

Kreativitas sebuah harga mati, dari individu, perusahaan dan bangsa dituntut untuk terus menyalakan api kreativitas. Kreativitas terkait dengan otak kanan yang dinamis dan loncat-loncat. Coba bandingkan bangsa Yunani dan Jepang, banyak penemu dari Yunani, tak usah saya rinci satu satu, coba sebut siapa penemu dari Jepang? tidak ada! Tapi bangsa Jepang sangat kreatif, mereka bukan bangsa yang pertama yang mencipatakn dan menjual mobil, tapi tengok, merekalah penguasa otomotif dunia. Sedang bangsa Yunani, masih berkubang dalam krisis keuangan, salah satu perusahaan pelayaran mereka yang mendunia kini telah dikuasai oleh CTI dari Jordania, perusahaan ini masuk ke Indonesia dengan menggandeng Bosowa, saya tahu karena saya pernah kerja disana, pegawainya yang namanya sulit dieja dengan lidah Indonesia kini menjadi pelayanan orang Jordan.

Ada sebuah game lama namanya Stroghold Crusaider tidak seperti COC yang tampilannya seperti semut, game strategi Stronghold benar-benar keren, sebuah game yang memikat, jujur saya akui untuk urusan permainan, saya kalah hebat dibanding dengan istri, ini karena istri menganggap game ini seperti arena pemasaran, lagi-lagi otak kanan sedangkan saya hanya melihat dari sisi militer makanya sering kalah. Saya baru 'ngeh', ketika pada suatu inhouse training di informasikan bahwa di Aussie di kelas manajemen strategi, para mahasiswanya diminta main game selama satu semester betapa kreatifnya ide tersebut. Kalau anda ke kantor pusat Google di lembah Valley, saya sendiri belum pernah kesana hehehehe, anda akan menjumpai ruang kerja yang dirancang santai, ada tempat main game Play Station (game yang membuat saya hampir DO kuliah), Café, ruang baca dll, benar-benar santai supaya kreativitas para pegawainya tetap muncul.

Coba buka kembali buku sejarah kita, dahulu ada sebuah bangsa yang punya peradaban yang gemilang di lembah sungai Indus, peradaban Mohenjo Daro dan Harappa, mereka memiliki tata kota yang rapi dan cantik pada masanya, namun perlahan kegemilangan itu punah, karena bangsa ini tidak kreatif memanfaatkan sumber daya air yang mereka miliki, ketika sungai tidak lagi mengaliri kota mereka, mereka kelimpungan dan tidak berdaya.

Pernah saya ditanya kawan di cabang, "lah bapak kenapa mau buat dua kas dicabang?" saya kemudian menjelaskan dari sudut akuntansi, lagi-lagi otak kiri saya yang berbicara, padahal jawaban sebenarnya karena saya mencoba kreatif, bayangkan sejak perusahaan berdiri, kas cabang hanya satu, apa salahanya kalau dibuat dua. Apa salahnya akuntan menggunakan otak kanan, asal tujuannya demi perbaikan perusahaan. Dengan teman-teman cabang yang mencoba ide dan kreativitas baru walau itu kelihatannya sangat sepele,  tidak segan-segan saya memujinya di We Chat group Akuntansi, ini agar kreativitas bisa menular, yah asal jangan anda kretitif buat nyolong uang perusahaan.

Kata Albert Einstein, Imigination is more important than knowledge (imajinasi lebih penting dari pengetahuan).

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun