Hampir saja luput dari pemberitaan jika bukan karena pengaduan seorang pemenang lomba MTQ (lomba baca Al Quran) tingkat propinsi yang mengadu hanya diberi hadiah uang 200 ribu. Sebuah perlombaan tingkat propinsi hanya diberi hadiah yang minim yang jumlahnya masih kalah banyak dari lomba ayam ketawa yang sampai jutaan rupiah. Manusia kalah sama ayam. Selama tiga hari berturu-turut Tribun dengan telaten menampilkan berita yang pada akhirnya mencoreng wajah propinsi yang dikenal dengan julukan serambi madinah. Padahal anggaran untuk kegiatan ini mencapai milliaran rupiah. Ironisnya hadiah honor untuk juri lomba lebih banyak dari pemenang. Kemarin Jumat 16 Mei 2014, pemprov menambah hadiah bagi masing-masing pemenang. Semoga nilainya setara dengan ayam ketawa, masa manusia dikalahkan sama ayam ketawa. Lagi-lagi Tribun berhasil menjadi lakon sebuah kebaikan dan keadilan.
Lewat media cetak yang mulai termarginalkan sebuah perubahan bisa terjadi. Memang perlu banyak kreasi agar media tidak ditinggalkan pembacanya termasuk berani menampilakn berita kelihatan sepele namun berpotensi membuat kuping pejabat menjadi merah. Media cetak lebih bebas dan luwes menampilkan berita-berita yang luput terekam oleh media lain seperti televisi. Dengan usianya satu dekade, Tribun Timur diharapkan tetap berada di garda depan sebagai penyambung lidah masyarakat. Itulah media tidak lain menyuarakan kebenaran dan keadilan serta tetap bersikap jujur dalam pemberitaannya.
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H