Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kilau Batu Cincin Menyihir Anak Muda

8 November 2014   19:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:18 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_373252" align="aligncenter" width="560" caption="Batu cincin (foto:dok.pri)"][/caption]

Semakin banyak anak muda yang gemar memakai batu cincin atau batu akik, tidak terkecuali rekan-rekan kerja saya, sejak beberapa bulan terakhir ini semakin banyak teman kerja yang memakai batu cincin. Setiap siang diwaktu rehat tidak jarang terjadi pembicaraan membahas seputar batu cincin. Mereka saling bercerita dan bertukar informasi tentang batu cincin dan tak jarang mereka saling membanggakan, padahal saya yakin kebanyakan yang mereka pakai imitasi alias palsu.

Padahal dulu memakai batu cincin lekat dengan orang tua, sangat jarang anak muda yang memakai batu cincin, kalau ada yang memakai, siap-siap saja dibilang kuno dan tua. Dulu banyak pemakai batu cincin mengaitkan pemakaian batu tersebut sebagai azimat atau tolak bala, para dukun dan tukang santet sering memakai batu akik, namun kini pemakainya lebih karena hobi dan sebagian menganggapnya sebagai gaya hidup.

Bicara soal batu, saya jadi ingat batu Ponari yang dipercaya menyembuhkan banyak penyakit, sejak lama masyarakat kita percaya dengan kekuatan mistis dari sebongkah batu. Dahulu, waktu kecil saya sering mendengar bagaimana batu membuat seseorang kebal tidak ditembus peluru, tidak mampu disayat oleh pisau yang tajam, menurut cerita setiap pagi dan sore batu tersebut dibersihkan dan diberi jampi,-jampi...ah ada-ada saja.

Ada beberapa jenis batu cincin yang popular seperti mirah delima (ruby), safir (sapphire) dan zamrud (emerald). Semakin bagus batu dan orginal, harganya pun semakin mahal. Batu yang mahal bisa dijadikan investasi layaknya emas. Dan harganya bisa mendadak naik. Hobi yang bisa bikin kaya.

Sekarang banyak batu imitasi yang beredar, tentu dengan harga yang lebih murah, bagi sebagian orang bukan masalah yang penting kelihatan trendi, tapi bagi penikmat dan kolektor batu cincin sejati, orsinalitas adalah harga mati, soal harga bisa dikompromikan, mereka rela menghabiskan uang yang tidak sedikit demi sepotong batu. Beberapa hari lalu di televisi, saya baru tahu jika ada yang lembaga yang memberikan sertifikasi atas batu-batu tersebut.

[caption id="attachment_373248" align="aligncenter" width="459" caption="Batu gunung (foto:dok.pri)"]

14154218322022348227
14154218322022348227
[/caption]

Beberapa bulan lalu ketika mampir ke kota Martapura, disalah satu pusat perdagangan, dibeberapa etalase saya melihat batu gunung dijual. Ternyata batu gunung tersebut bukan sekedar batu biasa, oleh pengrajin permukaan batu gunung yang kasar dipoles menjadi halus dan berangsur-angsur menjadi batu cincin yang putih, mengkilap dan licin dan siap menjadi penghuni jari anda.

Selain Martapura, di Indonesia ada beberapa daerah yang biasa menghasilkan batu seperti ini, di antaranya Banten, Sumatera Barat, Lampung. Harga batu mulia ini pun beragam, tergantung pada bahan mentahnya sebelum diolah menjadi perhiasan. Mulai dari Rp300 ribu sampai milyaran rupiah, wooow. Untuk kantong karyawan, saya yakin harga ratusan rupiah sudah realistis. Teman-teman yang biasa melakukan perjalanan dinas ke Kalimantan menjadi sasaran tempat menitip batu cincin. Sekarang batu cincin bisa dibeli lewat online, beberapa belanja online juga menjual batu cincin. Selain batu cincin, gagang batu cincin juga menjadi perhatian, anak muda menyukai model gagang yang trendi.

Entah apakah saya tertarik memakai batu cincin atau tidak, tapi saya mulai menikmati kilauan batu tersebut, Indonesia memang luar biasa, apapun bisa disulap menajdi uang bahkan sepotong batu bisa dihargai sampai milyaran rupiah.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun