Di Malaysia seorang peneliti/dosen bisa mendapatkan gaji diatas 20 juta rupiah sebulan. Selain itu menurut Rektor ITS, Malaysia tidak memiliki basic science yang kuat dalam bidang matematika dan astronomi. Jadi salah satu caranya dengan membajak peneliti dari Indonesia.
Di Indonesia seringkali hasil penelitan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Banyak hasil penelitian mandek di meja eksperimen dan gagal mentas menjadi sebuah produk karya yang bernilai jual, sebaliknya di Malaysia hasil penelitian dibayar mahal. Banyak artikel dan jurnal ilmiah peneliti kita menguap dan hanya menjadi penghias lemari arsip, berdebu dan dilupakan.
Sebagai perbandingan ditahun 2013 jumlah peneliti Indonesia berjumlah 23.190 dan Indonesia berjumlah 4.175 peneliti. Kalau lihat angka diatas memang sangat miris sekali, dengan jumlah penduduk 10 kali lebih banyak tapi jumlah peneliti kita kalah jauh dari Malaysia.
****
Sejak masa Bambang Sudibyo menjabat Mendiknas, gaji dosen terutama guru besar sudah mengalami perubahan drastis. Pada satu hari, seorang guru besar dari kampus negeri dalam salah satu ceramahnya pernah berkata gaji dan tunjangan guru besar sudah bisa mencicil sebuah mobil sekelas Avanza, tanpa ragu-ragu dia menyebut gaji dan tunjangannya berkisar 22 juta rupiah sebulan, wow kalau segitu bukan hanya Avanza, sebuah Fortuner juga bisa dibawa pulang. Yang menjadi pertanyaan apakah dosen atau peneliti muda juga mendapaatkan gaji yang besar?
Abdullah Renreng adalah Karaeng Pattingalloang zaman modern, Renreng adalah aset Unhas, aset bangsa yang harusnya diberi fasilitas dan dana penelitian yang memadai untuk mengabdi bagi negeri. Abdullah Renreng hanya satu diantara ratusan hingga ribuan Renreng lainnya yang eksis di luar negeri.
Sebagai fisikawan kebanggan negeri, saya yakin mereka lebih senang mengabdi di negeri asalnya. Kembalilah daeng, semarakkan sains dikampus merah, kampus kebanggan kita. Cetaklah para fisikawan muda handal dari tanah Bugis Makassar. Kelak mereka akan meneruskan cita-cita besar seorang Dr. Abdullah Renreng.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H