Memperingati Hari AIDS Se-Dunia yang jatuh tanggal 1 Desember, Mentrian Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, melakukan aksi bagi-bagi kondom gratis sebagai bentuk kampanye seks yang aman.
Bagi Menteri Kesehatan kita Nafsiah Mboi, pembagian kondom gratis ini tidak perlu dikhawatirkan karena “kondom bukanlah barang terlarang seperti narkotika. Jadi tidak perlu risau jika ada yang bagi-bagi kondom”, begitu katanya di Jakarta (29/11/2013). Menkes juga membandingkannya dengan kegiatan bagi-bagi rokok, yang menurutnya malah berbahaya karena seperti memberi kesempatan generasi muda untuk mencoba rokok. “Dari coba-coba bisa jadi ketagihan merokok”, katanya.
Naah, dari halyang menjadi fikiran penulis adalah pengelogikaan yang dilakukan oleh Nafsiah Mboi. Pernahkah beliau berfikir, “dari penasaran bagaimana menggunakan kondom, akhirnya mencoba seks”. Atau tidakkah beliau berfikir, pembagian kondom ini juga memberikan kesempatan untuk melakukan seks bebas pada generasi muda, seperti pengelogikaan yang dilakukan pada rokok? Disini penulis mempertanyakan ke konsistenan berfikir Nafsiah Mboi ini sebagai kemenkes.
Solusi kondom sebagai penyelamat masayarat dari bahaya HIV/AIDS, dan membenci rokok dengan alasan menjaga kesehatan masyarakat itu terlihat indah, namun sesungguhnya manipulatif.
Ujarnya, “Pemerintah juga harusnya bersyukur penularan HIV/AIDS dapat berkurang dengan menggonakan kondom”. Kondom pada dasarnya bukanlah alat pencegah untuk penularan AIDS, tapi sebagai alat kontrasepsi atau pencegah kehamilan. Perlu diketahui bahwa pori-pori kondom itu sebesar 1/60 mikron, pada saat dipakai pori-prinya membesar hingga 1/6 mikron, sedang ukuran virus HIV adalah 1/250 mikron, mencegah AIDS dengan kondom? Tentunya posisi beliau sebagai Menteri Kesehatan mengetahui hal ini.
Tidakkah Kemenkes dan KPAN berfikir, bagaiman remaja yang dijadikan sasaran kondom gratis ini, mungkin saja generasi muda ini yang belum faham akan berfikir, “seks aman ya berarti pakai kondom?”. Disini malah bukanya mengurangi deretan permasalahan di Indonesia tetapi menambah deretan permasalahan, dari perilaku seks bebas asal pakai kondom sampai bertambahnya pengidap HIV/AIDS. Awal penyakit ini adalah karena pergaulan bebas, pemerintah malah memperparahnya dengan tanpa sadar menyemboyankan “seks bebas asal pakai kondom”.
Tak tanggung tangung, anggaran dana yang dikeluarkan pun sebesar 25 Milyar. Tidakkah Menkes kita berfikir bahwa masih ada banyak hal yang bisa digunakan dengan uang sebanyak itu untuk Indonesia, tidak hanya untuk membeli kondom.
Harusnya Kemenkes dan KPAN juga sadar, bahwa kebijakan yang mereka tiru dari AS dan negara Barat, bukanlah solusi mencegah penyebaran HIV/AIDS. Karena AS dan negara Barat telah konsisten dengan pembagian kondom gratis tersebut selama beberapa tahun. Tetapi penyebarannya virusnya tetap berlanjut. Jelas kondom gratis bukanlah solusi. [ @IslamAji ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H