Di sebuah kampung di bilangan Jakarta Barat, ada sebuah waduk yang setiap tahunnya selalu memakan korban. masyarakat mempercayai bahwa orang-orang yang meninggal di waduk tersebut adalah orang-orang yang dijadikan tumbal.
Awalnya hanya orang-orang yang meninggal karena tenggelam saja yang dipercayai sebagai tumbal, namun sekarang alasan apapun yang menyebabkan seseorang meninggal di dekat waduk tersebut, akan dianggap sebagai korban tumbal juga.
Walaupun semua korban memiliki sebab kematian yang berbeda-beda, namun kepercayaan bahwa waduk itu memerlukan tumbal setiap tahunnya tetap menjadi cerita turun temurun di masyarakat sekitar.
Bukan tanpa alasan kepercayaan itu muncul, karena memang setiap tahun selalu ada saja orang-orang yang meninggal di waduk atau di dekat waduk tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, masyarakat digemparkan oleh temuan tiga anak kecil yang mengambang di waduk tersebut. tiga anak kecil itu adalah anak-anak yang tadinya sedang bermain di tepi, lalu entah apa alasannya, anak-anak itu ditemukan telah mengambang dan kehilangan nyawanya.
Tahun berikutnya, ditemukan seseorang yang juga sudah mengambang, kali ini adalah seorang perempuan. padahal malam sebelumnya perempuan itu masih terlihat baik-baik saja, namun pagi hari saat seorang pemancing melewati tepi waduk, ia ditemukan sudah tidak bernyawa.
Tahun-tahun berikutnya adalah sama. ada saja temuan mayat di dekat waduk tersebut. alasannya bermacam-macam, ada yang diduga bunuh diri, ada yang hanya terpeleset dan tidak bisa berenang lalu tenggelam, bahkan ada juga yang kehilangan nyawanya karena tersambar petir saat sedang berada di dekat waduk tersebut.
Cerita-cerita itu menyebar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. tetap dijaga dan dibiarkan menjadi kepercayaan masyarakat sekitar hingga saat ini.
Salah satu alasan cerita-cerita itu masih ada hingga saat ini adalah untuk menjaga anak-anak dari bahaya yang tidak diduga-duga. mungkin agar anak-anak paham bahwa bermain di tepi waduk adalah hal yang bahaya dan tidak boleh bermain di tempat seperti itu tanpa pengawasan orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H