Mohon tunggu...
Muhammad Islahuddin
Muhammad Islahuddin Mohon Tunggu... -

ilmiah, rasional dan religius, islami adalah harapan saya. beberapa hal lain mungkin 'semestinya' disandingkan, namun keduanya sudah cukup representatif menurut saya. senang berolahraga: sepakbola, bulutangkis, beladiri; mendalami sains dan agama; serta berperan aktif dan memperhatikan lingkungan sekitar adalah keharusan untuk keseimbangan jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kampanye Kit Kat, Hutan dan Orang Utan

25 April 2010   17:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sore kemarin saya 'tersesat' di dunia maya, entah bagaimana ceritanya bisa sampai di web Greenpeace. Oh iya, saya ingat! Awalnya membuka web radioppidunia, untuk sekedar mendengarkan berita terkini dari teman2 ppi dunia. Di pojok kanan atas web itu, ada tulisan "please help me" dengan tampilan seperti kertas yang hendak dibuka. Penasaran, saya pun mengklik link tersebut. [caption id="attachment_126112" align="alignright" width="112" caption="http://weblog.greenpeace.org/climate/"][/caption] Walah!!! ternyata ada beberapa orang utan yang sedang berdemo. "Emang nya mahasiswa aja yang bisa berdemo!", begitu kira2 ucapnya menurut bahasa manusia. Mereka memperjuangkan 'hak2 asasi makhluk hidup', yang harus selalu dijaga. Slogan "Go green! Selamatkan kami & hutan kami", mereka tunjukan. Lalu apa hubungannya dengan produk Kit Kat, dengan "Have a break... have a Kit Kat" nya itu yang sudah familiar di telinga kita? Di web greenpeace ada sebuah petisi yang ditujukan untuk Nestlé CEO, Paul Bulcke, dalam page yang berjudul "Ask Nestle to give rainforest a break". Ternyata, cerita punya cerita, Nestle membeli minyak sawit dari Sinar Mas. Siapa yang tidak tahu perusahaan Sinar Mas? Ya, Sinar Mas yang kita kenal, yang berbendara Indonesia itu! yang didirikan oleh seorang taipan cina, Eka Tjipta Widjaja, ga tau lah siapa dia.... Lalu kenapa? Ditengarai bahwa, perusahaan pemasok minyak sawit untuk nestle ini ternyata membabat hektar hutan hujan tropis dan lahan gambut kita untuk lahan kelapa sawit mereka! Hutan yang menjadi habitat orang utan! beserta jutaan spesies lainnya.

Dalam petisi itu disebutkan bahwa, nestle membeli minyak sawit dari pihak yang tetap merusak hutan hujan dan lahan gambut, meskipun mengetahui dampak negatif bagi masyarakat dan satwa liar dan bahwa itu mempercepat perubahan iklim dan merusak habitat orang utan yang terancam punah. Gerakan ini meminta nestle untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengadakan perubahan demi terjaganya hutan hujan Indonesia seperti yang telah dilakukan kraft dan unilever yang mengucilkan sinar mas dari seluruh rantai pasokan mereka. Singkat kata, mereka diminta untuk berhenti berdagang dengan sinar mas dan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk melindungi hutan hujan dan lahan gambut Indonesia. (Dukung dengan petisi tersebut disini.) Kampanye ini serentak dilakukan di seluruh dunia, mulai dari Beijing hingga Frankfurt. "Nestle, Give the orang utan a break!". Bagaimana dengan di Jakarta? Tentu saja, greenpeace di Jakarta juga tidak tinggal diam. Alhasil, aksi-aksi yang dilakukan di seluruh dunia ini berhasil membuat presiden SBY angkat bicara tentang hal ini. Dia berbicara keras tentang mafia dalam kasus pembalakan liar, dan juga mempersilakan greenpeace dan LSM lainnya untuk mengkritisi kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan hutan. Namun, greenpeace international pun menyadari bahwa SBY selalu berkata manis, namun belum tentu sampai pada aksi nyata. Seperti kutipan berikut: "Well, words don't always translate into action, and Yudhoyono is known for making impressive environmental statements but not following through on his promises.", di link ini. Wah.. wah.. ternyata reputasi presiden kita ini sudah mendunia... ckckck... Tapi, mudah-mudahan bisa ditindaklanjuti dengan baik, dan kita juga tidak boleh berhenti berharap. Tentu saja, lebih baik mulai dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun