Mohon tunggu...
Islachul Imam
Islachul Imam Mohon Tunggu... Guru - Penulis Lepas dan blogger

Menyampaikan realita yang sesuai fakta dari sisi dunia pendidikan dan akar rumput.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak ada PR, Tidak Belajar di Rumah

27 Oktober 2022   17:15 Diperbarui: 27 Oktober 2022   17:24 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PR merupakan istilah dari sebuah tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan di rumah, maka dinamakan dengan PR yang singkatan dari Pekerjaan Rumah. 

Bagi sebagian siswa PR merupakan hal yang dihindari atau bahkan dibenci, karena anggapan mereka dirumah harus selalu mengerjakan tugas dan tidak ada waktu jeda untuk bermain atau berkumpul-kumpul dengan teman-teman dalam lingkup tetangga.

Namun, bagi wali murid PR malah sangat diharapkan agar selalu diberikan kepada anaknya. Bahasa sederhanannya mayoritas wali murid ingin anaknya selalu dapat tugas yang bisa dikerjakan dirumah agar anak mau belajar dirumah.

Saya sebagai guru pernah beberapa kali ditegur dan dipertanyakan saat tidak memberikan PR ke siswa, lantas saya balik bertanya "lha bagaimana bu, pak kalau tidak saya kasih PR?". 

Sebagian besar wali murid menjawab bahwa kalau tidak ada PR anaknya dirumah tidak akan belajar, saat anak-anaknya disuruh belajar jawabannya "tidak ada PR ", maka dari itulah banya wali murid yang menyuruh saya untuk selalu memberi PR agar anaknya bisa selalu belajar di rumah. 

Itulah realita sekolah dipedesaan seperti itu, dengan tidak adanya PR malah wali murid yang akan tidak terima, bukannya tidak terima anaknya disibukkan tugas tetapi malah tidak terima kalau anaknya tidak belajar karena kalau anak mau belajar harus ada PR. 

Jadi PR merupakan menjadi salah satu alasan agar anak di rumah mau belajar, kalau tidak ada PR anak mayoritas akan malah tidak belajar, karena anak pada intinya masih dalam dunia bermain. 

Jadi dalam hal belajar mereka cepat bosan, apalagi tidak ada yang mendampingi. Padahal orangtua atau wali murid di pedesaan umumnya jika mau mendampingi anaknya belajar jika hanya mendapatkan PR, wali murid mesti akan membantu atau membimbing karena mereka juga merasa terarahkan dalam cara belajar anak di rumah, kalau tidak ada PR para orantua akan nggrambyang, tidak tau akan mulai dari mana dalam membimbing pelajaran yang tadi paginya diberikan oleh gurunya. Lagi pula juga ada wali murid yang sudah kecapekan habis seharian kerja, apalagi orang desa. 

Mereka hanya akan meluangkan waktunya menemani sang anak belajar kalau ada PR. Dan kalau tidak ada PR merekapun akan habis kata dalam menyuruh anaknya belajar. 

Pasti sebagian murid di pedesaan akan menjawab "wong rak ono PR kok, mending turu gasik" atau bahasa Indonesianya "wong gak ada PR kok, mending tidur awal". Menurut saya PR masih dibutuhkan oleh sekolah dan wali murid di pedesaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun