Mohon tunggu...
Humaniora

Benarkah Terjemahan Al Maidah 51 Sudah Diedit?

26 Oktober 2016   20:23 Diperbarui: 26 Oktober 2016   21:01 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Internet memiliki banyak dampak positif. Ia mempercepat lajur informasi, mempermudah komunikasi, juga menjadi sumber wawasan yang sangat luas. Tapi bukan berarti ia tidak memiliki dampak negatif.

Dampak negatif yang paling saya rasakan sekarang ini adalah informasi yang muncul begitu sporadis sehingga sulit ditelusuri yang mana yang benar dan yang salah. Sehingga butuh di-double checkagar tidak termakan informasi palsu yang membutakan mata dan hati.

Polemik Al-Maidah 51 ternyata tidak hanya berefek politis saja. Tiba-tiba muncul perdebatan mengenai arti kata ‘awliya’di berbagai portal di internet. Bahkan, masalah ini merembet ke permasalahan Al-Quran palsu yang sudah diedit. Waduh, makin bingung saya.

Lewat akun twitter Fahira Idris (@fahiraidris), saya dapati bahwa Al Quran yang telah ‘diedit’ beredar di toko buku. Dalam Al Quran tersebut, dikatakan bahwa arti kata ‘awliya’diterjemahkan sebagai ‘teman setia’. Padahal, menurut Ibu Fahira Idris, seharusnya ‘awliya’diartikan ‘pemimpin’.

Lalu, dari penjelasan Kementerian Agama, saya juga dapati bahwa ‘awliya’ juga bisa diterjemahkan sebagai ‘sekutu’ dan ‘wali’.

Namun, dari sumber lain, yaitu Pak Nadirsyah Hosen (@nadir_monash), saya diinformasikan kalau terjemahan ‘pemimpin’ itu telah digunakan sejak zaman Orde Baru karena bila ditulis sebagai ‘teman setia’ bisa merusak program pemerintah prihal kerukunan umat beragama. Takut akan dipahami bahwa umat Islam dan Nasrani tidak boleh berteman.

Simpang-siur informasi ini membuat saya sangat bingung. Yang mana kah versi yang harus saya percaya? Bila versi terjemahan negara saja masih diragukan, versi mana sebaiknya yg mesti saya pelajari?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun