Mohon tunggu...
Iskandarsyah Muhammad
Iskandarsyah Muhammad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i love indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Maksimalisasi Peranan Dekranasda sebagai Media Pemberdaya Masyarakat Lokal Pengrajin Anyaman Pandan di Kabupaten Gayo Lues

27 November 2012   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

MAKSIMALISASI PERANAN DEKRANASDA SEBAGAI MEDIA PEMBERDAYA MASYARAKAT LOKAL PENGRAJIN ANYAMAN PANDAN DI KABUPATEN GAYO LUES

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kekayaan Indonesia tersebut mendorong pertumbuhan industri kerajinan berbahan serat alam, salah satunya adalah kerajinan anyaman pandan. Pandan merupakan tanaman pantai yang dahulu tidak banyak dimanfaatkan. Namun sekarang ini, banyak perajin yang mulai memanfaatkan pandan untuk diolah menjadi berbagai aneka kerajinan. Pandan termasuk serat alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kerajinan. Peluang pasar aneka kerajinan berbahan dasar pandan sangat besar. Mengingat kerajinan tersebut ramah lingkungan dan bernilai seni tinggi.

Kerajinan berbahan baku pandan banyak diminati turis mancanegara. Saat ini ekspor kerajinan pandan terus meningkat. Negara tujuan ekspor kerajinan pandan adalah Amerika, Afrika, Eropa, dan Asia. Pandan mudah didapat di sebagian wilayah di Indonesia dan harga-nya pun murah. Walaupun harga bahan baku pandan murah, namun kerajinan berbahan dasar pandan memiliki nilai jual yang tinggi. Kreativitas dalam membuat kerajinan sangat penting karena tren pasar akan selalu berubah.

Sifat bahan baku dalam industri kerajinan anyaman pandan ini adalah ramah lingkungan dan dapat diperbaharui, hal ini menjadikan kerajinan pandan semakin diminati untuk terus dikembangkan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Industri kerajinan pandan dikenal cukup ramah lingkungan, hal ini berkaitan dengan kampanye hijau yang mengedepankan daur hidup berkelanjutan (sustainable life cycle) dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan mengembangkan industri pandan yang ramah lingkungan, artinya secara tidak langsung para pelaku industri ini turut serta membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.

Permasalahan di Lapangan

Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam khususnya wilayah Kabupaten Gayo Lues merupakan sebagai salah satu daerah penghasil pandan di Indonesia, wilayah ini mulai mengembangkan hasil-hasil kerajinan tangan dan benda-benda bernilai seni yang berbahan baku dari pandan. Hasil kerajinan pandan tersebut berupa tikar, aneka tas kotak serbaguna dan lain-lain.

Pemerintah Gayo Lues melalui DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) telah menaruh perhatian yang tidak sedikit kepada industri kerajinan berbahan baku pandan, mulai dari menyediakan sarana bengkel kerja, pengadaan alat-alat dan mesin-mesin kerja, pengadaan pelatihan-pelatihan dan lain sebagainya. Menjadi ironis mengingat melimpahnya sumber daya alam pandan ini tidak diikuti oleh teknologi sumber daya manusia yang ada, sehingga hasil dari kerajinan dan benda-benda seni tersebut tidak mampu bersaing secara nasional maupun internasional, alhasil target yang ingin dicapai oleh DEKRANASDA, terutama dalam hal untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas masyarakat tidak dapat dicapai secara maksimal, khusunya untuk masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan.

Setelah adanya perhatian dari pemerintah, tentu saja ada peningkatan kuantitas hasil dari kerajinan pandan ini, namun produk-produk yang dihasilkan masih kental dengan orientasi kebutuhan lokal, contohnya saja produk anyam ampang (sejenis tikar atau alas duduk berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 70x70cm) yang biasa digunakan untuk acara-acara seremonial dan acara adat, sehingga penggunaannya produk-produk tersebut hanya berlaku untuk kalangan lokal saja, hal ini tentu belum bisa bisa menjangkau permintaan pasar nasional maupun pasar internasional.

Sarana penunjang berupa peralatan dan mesin-mesin dapat memudahkan dan membantu para pengrajin anyaman pandan untuk meningkatkan hasil produksi kerajinan. Keterbatasan sarana penunjang seringkali menjadi kendala tersendiri bagi para pengrajin anyaman pandan dalam megerjakan hasil-hasil karya mereka.

Seandainya-pun produk-produk hasil kerajinan dikelola dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas, maka muncul Kendala berikutnya, yaitu kurangnya sarana untuk memasarkan produk-produk tersebut. Dari sekian kendala yang dihadapi oleh masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan, ada satu lagi kendala klasik yang sering di keluhkan, yaitu kendala modal.

Penyelesaian Masalah di Lapangan

Dari berbagai permasalahan yang telah dijabarkan diatas, maka perlu kiranya mencari solusi terbaik untuk untuk menanganinya. Untuk permasalahan yang pertama yaitu kurangnya sumber daya manusia. Hal ini perlu kiranya menjadi perhatian utama, mengingat tanpa sumber daya manusia yang baik maka industri kerajinan ini tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu untuk mengatasinya perlu dilakukan penguatan visi agar semangat untuk menjalankan industri kerajinan ini bisa berjalan dengan baik.

Penguatan visi ini bisa dilakukan dengan penjabaran langkah-langkah kerja serta pembagian kerja yang jelas, selain itu juga perlu dilakukan peningkatan mutu para pengrajin dengan cara belajar dan transfer ilmu dari para pengrajin di tempat yang telah lebih dahulu berhasil menjalankan usaha kerajinan pandan. Selain itu juga perlu dibentuk kelompok-kelompok usaha yang terdiri dari para pengerajin lokal, tiap kelompok masing-masing akan fokus terhadap penciptaan satu produk, sehingga hal ini akan memudahkan proses controlling dan manajemen.

Untuk permasalahan yang kedua yaitu mengenai produk yang dihasilkan masih berorientasi pada kebutuhan lokal, solusi untuk hal ini adalah berperan aktif dalam menciptakan inovasi-inovasi produk yang dihasilkan, baik itu melalui pengamatan, pelatihan-pelatihan bahkan transfer ilmu dan teknologi, serta mengikuti berbagai pameran di tingkat lokal, nasional dan internasional. Hal ini tentu saja harus didasari dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Permasalahan yang ketiga adalah mengenai sarana pendukung alat-alat produksi yang kurang. Hal ini bisa diselesaikan dengan pengadaan sarana pendukung seperti mesin-mesin dan sanggar-sanggar seni sehingga proses pengerjaan kerajinan anyaman pandan dapat dilakukan dengan baik.

Untuk permasalahan yang keempat yaitu pemasaran, hal ini bisa diselesaikan dengan ikut berperan aktif memasarkan produk-produk unggulan melalui kegiatan pameran-pameran kerajinan seni budaya, dan event-event tahunan serta agenda-agenda yang berskala nasional maupun internasional. Selain itu, masalah pemasaran juga dapat diselesaikan dengan bekerja sama dengan toko-toko souvenir yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten dan provinsi.

Apabila dirasa masih kurang, pemasaran dapat dilakukan melalui pembuatan website sehingga pembeli akan dengan mudah menemukan produk-produk unggulan hasil kerajinan tersebut. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pemasaran produk kerajinan adalah keunggulan produk dan segmentasi pasar. Pemberdayaan masyarakat lokal pengrajin pandan harus fokus pada keunggulan produknya. Keunggulan produk yang dimaksud seperti kualitas produk, desain yang selalu up-to date, harga yang terjangkau, dll. Penting untuk melihat Segmentasi pasar dan target pasar yang akan dituju, karena terkait dengan penentuan lokasi pemasaran yang akan dilakukan. Pemasaran kerajinan bisa dilakukan di obyek wisata, toko seni, butik, toko cinderamata, lokasi pagelaran seni, pameran, dan pasar seni.

Untuk masalah permodalan, hal yang cukup klasik dan ini sering dikeluhkan oleh masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan, Kebutuhan modal untuk membuka usaha kerajinan anyaman pandan tidak besar. Usaha kerajinan anyaman pandan dapat dimulai dengan modal kecil. Oleh karena itu, ini merupakan peluang bagi siapapun untuk segera bergerak memulai usaha kerajinan anyaman pandan. Peluang usaha kerajinan dari pandan masih terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari permintaan pasar yang terus meningkat. Bisnis kerajinan anyaman pandan ini sangat menguntungkan karena tren kerajinan dunia pada masa yang akan datang masih akan fokus pada bahan-bahan yang ramah lingkungan.

Secara keseluruhan permasalahan diatas dapat diatasi dengan cara memaksimalkan peranan DEKRANASDA sebagai media pemberdaya masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan, dengan dukungan penuh yang diberikan oleh DEKRANASDA, maka masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan kerajinan anyaman pandan.

DEKRANASDA dan Harapan Masa Depan

1. Meningkatkan Nilai Tambah dari Produk hasil Kerajinan

Melalui DEKRANASDA diharapkan mampu mengubah pola pikir konsumtif menjadi produktif, menghasilkan sesuatu produk dari benda yang tidak bernilai menjadi bernilai, dengan kata lain Dekranasda berperan serta meningkatkan nilai tambah bidang produktifitas kerajinan pandan, niai tambah tersebut tentu saja diharapkan juga bermanfaat dalam skala global.

2. Duta Budaya

Melalui DEKRANASDA, para pengrajin anyaman pandan sebagai masyarakat Gayo Lues bisa menjadi duta budaya bagi daerahnya sendiri melalui hasil kerajinan pandan, sehingga memudahkan arus pertukaran informasi dan teknologi terhadap masyarakat luar yang ingin mengetahui kebudayaan Gayo secara lebih detail.

3. Pemberdayaan Masyarakat Lokal Pengerajin Pandan

DEKRANASDA dapat terus berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktifitas kerajinan Indonesia serta menjadi mitra pemerintah dalam mewujudkan industri yang sehat, maju dan mandiri sehingga dapat mengangkat perekonomian nasional.

4. Mengangkat Kearifan Lokal dalam Tingkat Global

Produk-produk tersebut dihasilkan dari karya cipta dan kearifan lokal yang diturunkan secara turun temurun (heritage-based) dan menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Dengan pengembangan produk kerajinan yang kreatif, berkualitas, desain yang baik, dan ramah lingkungan akan meningkatkan daya saing produk kerajinan Indonesia, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.DEKRANASDA sebagai Produsen kerajinan hendaknya memiliki inovasi-inovasi baru untuk menjaga keberlangsungan usahanya.

Kesimpulan

Kekayaan alam Indonesia mendorong pertumbuhan industri kerajinan berbahan serat alam. Gayo Lues sebagai kabupaten dan daerah penghasil serat alam yang potensial untuk mengembangkan kerajinan pandan, namun disisi lain potensi sumber daya alam ini tidak diikuti oleh potensi sumber daya manusianya, masalah yang timbul di lapangan adalah produk yang kurang berkualitas, pasar yang kurang mendukung, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya inovasi produk, kurangnya dana untuk memulai usaha, dan yang paling utama adalah kurangnya motivasi untuk terus berkreasi menjadikan kerajinan pandan seolah-olah “jalan di tempat”. Guna menjawab permasalahan ini, DEKRANASDA Kabupaten Gayo Lues sebagai wadah pemberdaya masyarakat diharapkan mulai bergerak membimbing sumber daya manusia yang ada di Gayo Lues untuk turut serta mengembangkan potensi daerah dalam bidang industri kerajinan pandan, hal ini perlu dilakukan demi masa depan masyarakat dan kebudayaan Gayo Lues yang lebih baik.

Berikut adalah Beberapa berita mengenai harapan masyarakat dan perkembangan kerajinan pandan di Kabupaten Gayo Lues.

Berita 1 : Tikar Gayo Jangan Sampai Tinggal Kenangan

Sumber berita : http://alabaspos.com/view/7/1606/Tikar-Gayo-Jangan-Sampai-Tinggal--Kenangan.html

Blangkejeren | alabaspos.com – Kaum wanita dan ibu rumah tangga di Kabupaten Gayo Lues pada umumnya terampil meracik daun pandan berduri menjadi tikar,hingga sering disebut tikar Gayo, hampir setiap usai turun kesawah, pekerjaan yang lakoni anak-anak, remaja maupun orang dewasa khususnya wanita, membuat tikar,atau menganyam tikar merupakan kebiasaan yang telah ada secara turun temurun.

Namun seiring berjalanya waktu, pekerjaan membuat Tikar yang sudah turun temurun itu semakin ditinggalkan masyarakat Gayo Lues, banyak orang dewasa maupun anak-anak yang tinggal dipedalaman dataran tinggi ini tidak mau lagi belajar membuat tikar karena dinilai pekerjaan yang rumit. "membuat Tikar Gayo memang sangat sulit, dan harus berhati-hati dari duri yang melekat diseluruh deretan daun pandan, jika tidak, tangan dantubuh kita bisa dipenuhi goresan duri daun pandan yang masih segar" kata Nurlela Inen Rosidawati (50) salah satu pengrajin tikar Gayo dari Desa Leme kecamatan Blangkejeren Gayo Lues saat bertemu dengan Wartawan Rabu (10/10/2012) saat mengambil Daun Pandan berduri.

Nenek Dua Cucu itu mengatakan, untuk membuat tikar Gayo dimulai dengan mengambil daun pandan berduri dari batang yang biasanya hidup di semak-semak berair, kemudian di kumpulkan dan dipotong-potong dengan ukuran yang akan dibuat. Setelah itu, daun pandan yang sudah terkumpul dibawa kerumah untuk dilakukan proses pengambilan duri dengan cara mengiris mengunakan tali, baru proses selanjutnya di rebus dan dijemur dipanasnya matahari. Setelah daun kering, proses selanjutnya dilakukan melembutkan daun yang disebut Enlagus pertama, kemudian di rebus lagi sambil melakukan proses pembuatan warna dengan sesuai keinginan pengrajin.

"kalau sudah dibuat warna, biasanya daun pandan dikeringkan lagi beberapa hari, kemudian dihaluskan, dan diracik menjadi tikar sesuai dengan ukuran maupun pesanan, salah-salah, tikar yang dibuat tidak bagus dan tidak akan laku dijual dipasaran" katanya. Membuat tikar Gayo, Nek Nurlela biasanya bisa menyelesaikan satu tikar mulai dari proses pengambilan daun hingga bisa dujual ke konsumen memakan waktu hingga 15 hari, dan setiap sehelai tikar dijual dengan harga Rp 100 Ribu hingga 150 Ribu. Tetapi jika ukuran yang dibuat Nek Nurlela lebih kecil, atau berukuran 3X8 Meter, proses pembuatanya hanya sekitar satu minggu, dan harganyapun hanya berkisar dari Rp 70 ribu hingga Rp 80 Ribu.

"kalau musim sekarang, penjualanya sangat mudah, bahkan sebelum siap, sudah ada yang memberikan uang panjar, tetapi ada juga yang memesan hingga beberapa tikar untuk dibawa ke Aceh tengah, Kota Cane maupun ke Medan" jelasnya. Berkurangya pengrajin tikar Gayo, Nek Nurlela mengatakan "anak-anak sekarang tidak mau lagi membuat Tikar, mereka lebih memilih bermain dan menonton TV, bahkan banyak anak-anak, remaja dan orang dewasa sekarang tidak bisa membuat tikar" ucapnya.

Nek Nurlela berharap, Pemerintah daerah bisa memberikan bantuan modal kepada pengrajin tikar Gayo yang asli di setiap desa-desa, karena jika tidak, para pembuat tikar di Gayo Lues akan ditinggalkan warga. "kalau bisa setiap tahun diadakan pelatihan-pelatihan membuat Tikar Gayo untuk anak-anak, supaya meracik Tikar Gayo tidak hilang ditelan era Moderen sekarang ini" pintanya. (Anuar Syahadat)

Berita 2: Gayo Lues Siap Diri Sebagai Tuan Rumah Dekranasda Aceh

Sumber berita : http://alabaspos.com/view/1/1685/Gayo-Lues-Siap-Diri-Sebagai-Tuan-Rumah-Dekranasda-Aceh.html

Blangkejeren | alabaspos.com – Kabupaten Gayo Lues yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah dalam rangka Rakerda Dekranasda dan Pameran produk dari dekranasda Aceh menyatakan sudah menyiapkan diri.

"berbagai sarana dan prasarana sudah kita siapkan,baik lokasi Rakerda maupun lokasi pameran, saat ini panitia pelaksana beserta tim dari Banda Aceh sedang melaksanakan pertemuan untuk membahas masalah Rakerda maupun lokasi pameran, yang jelas kita siap menjadi tuan rumah, walaupun dalam kondisi waktu yang agak mepet" ujar Hj.Salamah ketua Dekranasda Gayo Lues. kepada alabaspos.com di pendopo Bupati rabu 14/11/2012.

Hj.Salamah Ibnu Hasyim menyebutkan kabupaten Gayo Lues dalam pameran produk unggulan Dekranasda yang akan dilaksanakan pada 28 hingga 30 Nopember ini,akan menampilkan berbagai produk yang selama ini ditekuni oleh tim Dekranasda Gayo Lues"unggulan utama Gayo Lues dalam pameran nanti adalah kain kerawang Gayo Lues, kain ini merupakan bagian dari budaya Gayo Lues, dan sudah dikenal dimancara negara sebab penari saman dimanapun tampilnya, baik di didalam negeri maupun diluar negeri selalu mengenakan pakaian dengan corak kerawang Gayo Lues, ini merupakan kebanggaan Gayo Lues, apalagi tari saman sudah menjadi warisan budaya dunia tak benda oleh Unesco, selain ada kerajinan tikar pandan, kripik pisang, gula merah, dan lainnya, mudah mudahan produk kita tidak kalah menarik dari peserta lainnya" papar Hj.Salamah Ibnu Hasyim.(azl)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun