HAKIKAT PUASA
Dua kata yang memiliki makna dalam, untuk dapat mengerti dua kata dengan makna dalam tersebut perlu diketahui definisinya masing-masing agar memiliki gambaran tentang apa maksud dari makalah yang akan disajikan ini.Hakikat, dalam kamus Bahasa Indonesia yaitu; intisari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya). Adapun puasa yaitu; menghindari makan, minum dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan), salah satu rukun islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Makna puasa dalam bahasa Arab adalah '' shaum '' dan'' '' Siyam . Kata " shaum " berarti " untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri , untuk mencegah diri dalam bahasa Arab. Dalam istilah fikih, itu berarti " untuk menjauhkan diri dari makan , minum dan hubungan suami-istri ( jima ) antara suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam ( maghrib ) dengan sadar dan dengan mencari tujuan .
Demikianlah arti dari kedua kata diatas, apakah sudah cukup berhenti sampai disini ? jawabannya tidak, kita harus menyelami, mendalami dan menghayati dengan nurani tentang hakikat puasa tersebut agar apa yang kita ketahui dan kita jalani tidak sia-sia serta mendapatkan nilai ibadah pahala di mata Allah SWT. DalamIslam, puasa (disebut jugaShaum) yang bersifat wajib dilakukan pada bulanRamadanselama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Idul Fitri yaitu kembali pada kesucian, menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa seperti perbuatan-perbuatan yang tidak baik termasuk dalam perkataan, tidak bertengkar, menjaga pola pikir, hawa nafsu, dan juga untuk melatih kesabaran, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat. Sesuai perintah dalam kitab suci umat islamAl Quranpuasa juga menolong menanam sikap yang baik. Dan kesemuanya itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya, dan tidak hanya pada bulan puasa.
Puasa tidak hanya ada dalam umat Islam akan tetapi ada juga umat lainnya yang melakukan puasa seperti didalam Yahudi, Kristen, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha dari itu semua memiliki konsep puasa namun tentunya dengan cara berbeda. Adapun puasa dalam Islam terbagi dua yaitu puasa sunah dan puasa wajib, puasa sunah yaitu; Setiap hari Senin dan Kamis dari seminggu, Hari ke-13, 14, dan 15 setiap pertengahan bulan, Enam hari di bulan Syawal (bulan setelah Ramadhan), Hari Arafat (tanggal 9 Dzulhijjah di (Hijriah) Islam kalender), Hari Ashuraa (10 Muharram dalam (Hijriah) Islam kalender), dengan satu hari lagi puasa sebelum atau setelahnya. Puasa wajib sudah kita ketahui bersama yaitu puasa pada bulan Ramadhan selama satu bulan penuh. Hukum yang wajib harus dikerjakan oleh umat Islam kalau tidak maka akan mendapat sanksi dari Allah SWT, untuk yang terkena udzur selama puasa wajib maka harus di Qodho puasanya atau menganti puasa dibulan berikutnya.berbeda dengan puasa sunah apabila dikerjakan mendapat pahala apabila tidak, pun juga tidak mendapat dosa dan tidak harus menggantinya. Terkait mengenai bulan Ramadhan, secara etimologi berasal dari kata ramidha, yar-madhu, Ramadhan yang artinya terik, sangat panas atau terbakar (pembakaran). Adapun menurut terminologi Ramadhan dapat diartikan sebagai pembakaran, peleburan atau penghapusan atas segala macam dosa. Berdasarkan dari pengertian tersebut terkadang terjadi penyimpangan makna Ramadhan pada sebagian umat muslim. Dimana ada sebagian umat muslim yang menyambut kedatangan bulan ini dengan cara menyulut petasan. Sehingga dengan tindakannya tersebut ironis bagi mereka dapat meraih harapan atau hikmah yang terdapat dibulan tersebut. Ramadhan termasuk bulan yang berbeda diantara bulan-bulan Islam lainnya, bulan Ramadhan adalah bulan istimewa bulan penuh berkah dan bulan penuh ampunan, diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang keutamaan bulan Ramadhan yaitu; “Rasulullah SAW biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda: “telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak tidak memperoleh apa-apa.” (H.R. Ahmad dan An Nasa’i).
Masih dari Abu Hurairah tentang keutamaan bulan Ramadhan yaitu; “Umatku dibulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari pada aroma kasturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wazalla setiap hari menghiasi surganya lalu berfirman (kepada surga): “hampir tiba saatnya para hambaku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu.” Pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada umatku ampunan pada akhir malam.” Beliau ditanya: “wahai Rasulullah apakah malam itu lailatul Qadar? Jawab beliau: “Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalannya. (HR. Ahmad). Dari kutipan diatas kita mengetahui betapa bulan Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah dan segala keistimewaan didalamnya maka dari itu kita harus sadar dan mari saling berlomba-lomba untuk mendapatkan segala keberkahan itu dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Setelah sedikit mengetahui esensi dalam bulan Ramadhan pasti kita tidak mau absen didalamnya, kita akan memenuhi segala aktifitas keseharian kita dengan ibadah dan ibadah, bersedekah, shalat disertai sunahnya, perbanyak membaca Al-Qur’an terlebih kita harus berpuasa karena kewajiban yang paling penting bagi umat Islam dibulan suci Ramadhan yaitu berpuasa. Adapun firman Allah yang mewajibkan untuk berpuasa yaitu dalam surat al-Baqarah 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Puasa dalam Islam merupakan kedalam rukun Islam yang lima yaitu pada posisi keempat setelah zakat, apabila kita tidak menjalankan salah satu rukun Islam tersebut maka keIslaman kita harus dipertanyakan apakah kita benar-benar umat Islam atau kita hanya mengaku Islam tanpa mau mengikuti aturan-aturan dalam Islam, mengingat memang puasa begitu berat kita dilarang untuk makan dan minum selama kurang lebih 12 jam. Bagi yang tidak meresapi nilai-nilai keIslaman tentu akan terasa sangat berat dan lebih memilih untuk meninggalkannya tapi bagi orang-orang yang menjiwai nilai-nilai yang terkandung dalam Islam maka itu semua menjadi kewajiban dimana harus dikerjakan dengan hati ikhlas, sabar, dan puasa tersebut tidak menjadikan beban sama sekali. Mengutip firman Allah diatas, yaitu pada kalimat “hai orang-orang yang beriman” puasa diperuntukan bagi orang yang beriman bukan orang Islam, karena orang Islam belum tentu beriman karena banyak orang Islam tidak mau mengerjakan segala perintah Allah salah satunya puasa seperti yang sudah dijelaskan diatas, Islam mereka tidak didalam hati melainkan hanya dibibir saja, berbeda halnya orang beriman mereka akan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tentunya segala perintah Allah akan dikerjakan dengan sungguh-sungguh terlebih puasa, dimana merupakan salah satu kewajiban umat Islam. Puasa akan begitu merugi apabila hanya sebatas menahan lapar dan dahaga tanpa bernilai pahala, sebagaimana al-Bukhari meriwayatkan "Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar dan haus saja". Hadist ini menunjukkan bahwa tidak semua orang berpuasa mendapat nilai pahala dari Allah SWT. Melainkan orang-orang beriman yang mengetahui nilai-nilai esensi dari puasa, tidak sebatas menahan lapar dan makan namun mengetahui ilmunya dalam berpuasa sehingga puasa itu pun menjadi lebih bermakna.
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan-Nya, pelipatgandaan kebaikan dan pengangkatan derajat. Allah SWT telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari antara amalan ibdah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan Rasulullah SAW “puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapat dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.” (Muttafaq alaih). Hadist lainnya mengatakan:”Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq alaih).
Untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini;
1.Mengimani dengan benar akan kewajiban ini
2.Mengharap pahala karenanya disisi Allah SWT
Diantara syarat lainnya yaitu berbuka puasa dengan yang halal, jika berbuka puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak dikabulkan do’anya. Orang yang berpuasa seperti halnya orang berjihad dijalan Allah SWT, yaitu jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa dan jihad pada malam hari dengan shalat malam, barang siapa memadukan kedua jihad ini, maka memenuhi segala hak-haknya dan bersabar terhadapnya. Niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak terhitung. (lihat Lathaa’iful Ma’arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 163, 165, dan 183).
puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.
Maka dari itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana berikut ini:
1. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)
Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi acapkali kemauan atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik dan tidak pula selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau membimbing kemauan manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dengan puasa, kemauan positif akan terus termotifasi untuk lebih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan negatif, puasa akan membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak terlaksana.
Adapun yang menyebabkan kamauan seseorang positif dan negatif, sesuai diungkapkan oleh Imam Al-Gazali bahwa di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut ini:
a. Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.
b. Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat kesalahan dan kejahatan.
c. Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada manusia sebagai makhluk biologis.
d. Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri manusia.
2. Thariqat almalaikat