Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Washington DC, Ibukota yang Filosofis Abis

27 Agustus 2012   03:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:17 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346038479369705709

Simbol-simbol negara Amerika yang selama ini saya lihat terpisah-pisah di layar televisi, sekarang menyatu dalam satu rangkaian sejarah yang saling terkait satu sama lain. Setelah berkeliling setengah hari di pusat kota Daerah Khusus Ibukota (DKI) Washington, D.C., saya melihat kota tua ini bukan sekedar tempat beroperasinya pemerintahan federal, tapi lebih dari sebuah pijakan kebangkitan negara ini, sekaligus monumen yang membanggakan buat seluruh rakyat Amerika. DC, begitu kota ini lebih sering disebut, merupakan kota yang dibuat dengan perencanaan matang, dengan memperhatikan betul semangat kebangsaan dan spirit kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan. Simbol-simbol sejarah tersebar di setiap sudut kota. Semuanya menyimpan nilai sejarah sekaligus mengabadikan semangat yang telah ditanamkan oleh para pendiri negara. Kota ini dibangun dengan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan keadilan. Ilmu pengetahuan diterapkan lewat bentuk-kota yang dibuat persegi dan bangunan-bangunannya yang simetris. Kota ini juga dibangun dengan landasan logika (dan perencanaan yang detail). Antara lain bisa ditemukan lewat penamaan jalan-jalannya. Begitu kurang lebih kesimpulan yang saya dapat dari penjelasan pemandu wisata yang dengan penuh semangat menjelaskan bangunan dan suasana kota. Saya tidak tertarik menulis sejarah kota ini, karena Anda bisa membacanya lebih rinci di banyak artikel online dan buku. Tapi yang perlu diketahui adalah, kota ini belum ada saat Amerika berdiri. Sebelumnya ibukota negara ini berada di kota New York lalu pindah ke Philadelphia. Baru ada tahun 1971 distrik seluas 1770 kilometer persegi ini dibangun. Kota ini berbentuk persegi atau persisnya bentuk layang-layang. Tapi karena negara bagian Virginia menarik kembali tanahnya yang ditelah diberikan ke Kongres, akhirnya bentuk perseginya tidak lagi sempurna (terpotong oleh wilayah Virginia). Pemandu wisata saya yang kebetulan warga negara bagian Virginia menjelaskan dua sebab mengapa negara itu menarik diri dari proyek pembangunan ibukota. Pertama, karena alasan ekonomi. Kebetulan di kawasan tanah yang diberikan terdapat pelabuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Virginia. Kedua, karena alasan perbudakan. Waktu itu, DC berencana menghapus perbudakan di kotanya, sementara Virginia sangat membutuhkan perbudakan. Maklum, Virginia merupakan kawasan agrobisnis yang bergantung pada perkebunan. Dan sektor perkebunan waktu itu membutuhkan banyak budak. Pusat kota DC berada di gedung Capitol yang merupakan rumah bagi perwakilan rakyat Amerika Serikat--tapi lokasinya tidak persis berada di tengah-tengah kota. Dengan berpatokan pada Capitol inilah kota ini dibangun secara terencana. Gedung-gedung di seantero DC umumnya bangunan lama dengan arsitektur klasik bergaya Yunani dan Mesir. Kedua negara ini sengaja dijadikan kiblat karena diakui sebagai negara yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Gedung-gedung ini masih ada dan berfungsi sampai sekarang. Pemerintah kota setempat menerapkan peraturan sangat ketat bagi siapapun yang ingin melakukan renovasi apalagi pemugaran atas bangunan. Nilai keadilan diabadikan dengan menempatkan patung Dewi Keadilan di atas gedung Capitol. Dan agar tidak ada seorang pun yang mengabaikan keadilan, gedung-gedung di kota ini tidak boleh lebih tinggi dari posisi patung Dewi Keadilan. Blok-blok kota dirancang simetris, tanpa ada sudut-sudut tersembunyi. Ini merupakan simbol agar semua hal harus dilakukan secara transparan, tidak berliku apalagi tersembunyi. Jalan-jalan kota sebagian besar dinamakan secara berurut dengan angka dan abjad. Dari timur-barat diberi nama dengan huruf, sedangkan jalan-jalan di utara-selatan diberi nama dengan angka. Agar tidak ada nama yang sama, nama-nama tersebut ditambahi dengan kuadrannya masing-masing. Kota ini sendiri memiliki empat kuadran, yaitu North West, North East, South West dan South East. Jalan paling terkenal adalah jalan Pannsylvania Avenue yang menghubungkan Capitol dan White House yang menjadi kantor presiden. Usai pelantikan presiden di Capitol, selalu digelar parade dengan rute melewati sepanjang jalan ini. White House Kecil Dari sekian banyak gedung yang saya kunjungi, ada dua tempat yang paling berkesan. Pertama adalah patung Abraham Lincoln berukuran besar. Di bagian rambut patung ini ternyata ada bentuk wajah orang lain yang menghadap ke satu bangunan kecil nun jauh di depannya. Jadi bisa dibilang, patung itu merupakan patung berkepala dua. Kayaknya perlu tulisan khusus buat menceritakan rahasia di belakang patung Lincoln. Lalu kedua adalah White House. Saya terkesan karena gedung ini tidak sebesar dan megah penampakannya di layar kaca dan layar lebar. Bangunannya tidak gede-gede amat. Wujud fisiknya pun jauh dari mewah. Terlihat sangat sederhana. Menurut pemandu, semua orang yang ke situ untuk pertama kalinya merasakan kesan yang sama. Dan terkait kesan sederhana di gedung itu, memang seperti itulah gedung ini dibangun. Nanti saya akan ceritakan filosofi kerakyatan yang tersimpan di gedung bercat putih ini. Untuk sementara itu dulu. Karena saya harus tidur cepat agar besok bisa bangun pagi-pagi.... Saya bersama tiga peserta IVLP 2012 lainnya sedang mendengarkan penjelasan pemandu di depan Gedung Putih. Sayang Presiden Obama lagi gak ada di kantor, jadi gak bisa kopdar bareng.. :) (Ismyr) Catatan: Foto-foto lainnya menyusul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun