Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Tulisan Terpopuler yang Benar-benar Populer

8 Januari 2010   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_50234" align="alignright" width="300" caption="Fitur Terpopuler hari ini (www.kompasiana.com)"][/caption] Mulai Kamis (7/1) kemarin, Kompasiana menerapkan sistem dan mekanisme baru untuk fitur Tulisan Terpopuler yang sempat ramai diperbincangkan di sini. Dengan sistem dan mekanisme baru ini, diharapkan tidak ada lagi manipulasi yang dilakukan, baik sengaja maupun tidak, terhadap satu tulisan dengan maksud menduduki peringkat lima besar tulisan-terpopuler-hari-ini yang ditampilkan di kotak sebelah kanan. Untuk menghindari pelacakan celah terhadap sistem baru oleh orang-orang yang hanya mengejar predikat terpopuler dengan cara-cara yang tercela (baik dengan cara mengklik ikon Refresh, menekan F5 atau dengan cara lebih maju lainnya), kami memutuskan untuk tidak memaparkannya secara gamblang. Tapi yang pasti prinsip dasar popularitas sebuah tulisan sebagai tulisan paling diminati oleh banyak orang lebih terpenuhi. Artinya, sistem baru ini menjamin lima tulisan terpopuler yang tampil di halaman depan Kompasiana benar-benar tulisan yang paling banyak dibaca. Penambahan jumlah pembaca untuk satu tulisan pun tidak serta-merta dilakukan dengan hanya mengklik judul. Ada jeda beberapa detik sebelum mesin (engine) mendeteksi sebuah tulisan sedang dibaca oleh seseorang. Hal ini diterapkan untuk memastikan tulisan tersebut benar-benar dibaca, bukan sekedar diklik judulnya. Dalam banyak kasus, terkadang pengguna hanya membaca sepintas isi tulisan lalu keluar atau membuka halaman lain karena menganggapnya kurang menarik atau karena alasan lain. Dengan pembenahan ini, diharapkan semangat berbagi konten yang baik dan bermanfaat tidak terusik hanya karena adanya manipulasi pada fitur Tulisan Terpopuler. Rating Tertinggi Sedangkan mekanisme untuk fitur Tulisan Tertinggi tidak ada perubahan dari sisi konsep maupun penerapan sistemnya karena sampai saat ini tidak ada laporan kasus manipulasi. Sejak awal, konsep peringkat tulisan menerapkan mekanisme one man one vote seperti yang saat ini diberlakukan untuk jumlah pembaca. Pada dasarnya, Tulisan Tertinggi ditentukan berdasarkan jumlah rating atau nilai yang diberikan oleh pembaca. Nilai ini meliputi nilai positif seperti Menarik, Aktual, Menghibur, maupun nilai negatif seperti Basi, Provokatif dan Asal Tulis. Masing-masing mendapat bobot yang sama. Mengapa bobot nilai positif dan dan negatif disamakan? Karena nilai atau peringkat merupakan bentuk apresiasi pembaca terhadap sebuah tulisan. Baik dan buruknya, apresiasi itu telah diberikan dengan memilih salah satu dari 11 peringkat yang tersedia. Sedangkan kualitas dari nilai itu sendiri, disajikan dalam bentuk pie chart yang terdapat di bawah judul tulisan. Dengan begitu, lima daftar Tulisan Tertinggi di halaman depan Kompasiana tidak hanya diartikan sebagai tulisan dengan nilai tertinggi,  tapi juga bisa dibaca sebagai lima tulisan yang memberikan dampak emosional paling banyak terhadap pembaca. Komentar Terbanyak Hal berbeda terjadi pada fitur Tulisan Terbanyak. Meskipun tidak ada manipulasi terhadap sistem komentar, tapi pada perkembangannya banyak Kompasianer yang menggunakan fitur Komentar sebagai tempat ngobrol (chatting room) dengan Kompasiner lain yang menyebabkan jumlah komentar tidak mencerminkan respon pembaca terhadap satu tulisan. Hal ini kami maklumi karena Kompasiana belum menyediakan fitur Dialog (Chatting) yang bisa digunakan untuk ngobrol dengan sesama Kompasiner. Idealnya, fitur komentar digunakan untuk menanggapi isi tulisan. Dengan adanya tanggapan, bobot sebuah tulisan diharapkan bertambah baik dalam bentuk kritikan, koreksi, bantahan maupun penambahan data. Ada beberapa ide terkait pembenahan fitur Tulisan Terbanyak. Misalnya dengan tidak mendeteksi Balasan Komentar. Tapi faktanya, tidak semua Kompasiner ngobrol di bawah sebuah komentar. Banyak yang benar-benar memanfaatkan fitur Balas Komentar untuk menanggapi sebuah tanggapan. Menutup fitur Tulisan Terbanyak juga bukan opsi yang dapat dipilih. Untuk itu, kami memutuskan untuk tidak melakukan perubahan apapun terhadap fitur Tulisan Terbanyak. Fitur ini tetap akan menampilkan daftar lima  tulisan dengan jumlah komentar terbanyak hari ini. Untuk meningkatkan fungsionalitas fitur, kami hanya bisa menyarankan rekan-rekan untuk menggunakan kolom komentar sebagaimana mestinya. Karena pada waktunya nanti, Kompasiana akan menyediakan fitur Chatting yang memungkinkan setiap Kompasiner berdialog dengan satu atau banyak Kompasianer lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun