[caption id="attachment_174832" align="aligncenter" width="643" caption="Satu-satunya blog yang saya miliki saat ini. (www.kompasiana.com/iskandarjet))"][/caption] Punya akun di Kompasiana dan akun di blog lainnya? Kalau Anda mulai bingung bagaimana mengelolanya, saya akan membagikan beberapa saran yang (mudah-mudahan) bermanfaat. Saya sendiri tidak punya kebingungan seperti yang Anda rasakan, karena kebetulan saat ini blog saya di luar Kompasiana masih dinonaktifkan. Untuk sementara waktu. Bingung dalam arti belum tahu bagaimana mengendalikan konten yang Anda buat, apakah harus ditayangkan di Kompasiana atau di blog pribadi. Bingung memilih media mana yang paling tepat untuk menonjolkan sisi serius dan sisi humoris. Atau bingung saat harus memilih akun mana yang harus ditutup: Kompasiana atau blog pribadi? Sebelum dimulai, Anda harus memahami betul apa itu Kompasiana. Secara umum, Kompasiana adalah media sosial. Sama sosialnya dengan blog buatan Wordpress dan Blogspot (yang sudah berubah nama jadi Blogger). Juga sama dengan Facebook dan Twitter. Dalam urusan konten, Kompasiana berbeda dari Wordpress, Blogspot ataupun penyedia blog sejenisnya yang hanya menyediakan blog gratisan. Kompasiana mengelola konten-konten yang beredar layaknya media mainstream mengelola tulisan para wartawannya. Kompasiana juga lebih unggul dari blog pribadi, baik yang dibuat di blog gratisan maupun yang dibuat dengan domain dan hosting berbayar. Lebih dari sekedar blog, Kompasiana adalah media warga. Kompasiana adalah media bersama dan berjejaring, tak ubahnya Facebook ataupun YouTube. Di sini, semua orang berkumpul untuk berinteraksi dan berbagi. Untuk bersama-sama mengupload dan menikmati konten. Setiap orang bisa menjadi penulis sekaligus pembaca. Sedangkan blog pribadi adalah milik pribadi. Wilayah personal. Tidak ada orang lain di sana. Tidak ada tulisan orang lain di dalamnya. Yang ada hanya Anda sebagai penulis, dan mereka sebagai pembaca. Kalau Kompasiana disebut sebagai "We Media", medianya kita, media bersama; blog pribadi berada di ranah "Me Media", media saya, media perorangan. Singkat kata, Kompasiana lebih berfungsi sebagai panggung terbuka untuk mempublikasikan dan mempromosikan tulisan. Sedangkan blog pribadi adalah alat promosi diri yang sebenarnya tak jauh berbeda posisinya dengan buku yang telah Anda terbitkan. Saya sudah pernah membahas Kompasiana sebagai panggung untuk semua orang di tulisan sebelumnya. Panggung ini bisa Anda gunakan kapanpun, tanpa harus menunggu jadi orang besar. Sedangkan blog pribadi, seperti saya sebut di atas, adalah alat untuk mengukuhkan jatidiri. Menonjollkan sisi ego dan personal. Sejujurnya, tanpa harus membuat alamat blog kedua, Anda sudah punya wilayah pribadi di Kompasiana. Di halaman profil, tulisan-tulisan yang sudah Anda tayangkan bisa diakses oleh semua orang. Pembaca bisa dengan mudah mengakses tulisan terpopuler yang Anda miliki. Juga bisa mengetahui tema apa yang paling sering Anda tulis. Berapa jumlah tulisan dan komentar (nanti akan  ditampilkan juga medali yang didapat, total pembaca, jumlah tulisan headline dan sebagainya). Cukup lengkap untuk sekedar menunjukkan sisi ego Anda ke khalayak pembaca. Profil Kompasiana bahkan juga diisi dengan kotak teman-teman Anda-yang tentunya tidak ada di blog lainnya. Arsip Tulisan Tapi meskipun sudah ada halaman profil di Kompasiana, saya memaklumi kebutuhan Anda yang ingin meluaskan jaringan ke semua penjuru dunia maya. Dengan asumsi tidak semua netizen mampir ke Kompasiana, maka pemikiran untuk membuat blog di tempat lain boleh dipertimbangkan. Tapi setelah punya tiga dua alamat blog, bagaimana mengelolanya? Bila Anda membuat blog baru untuk mengekspresikan sisi lain yang disesuaikan dengan komunitas yang sedang Anda sasar, maka tidak ada salahnya Anda membuat konten yang berbeda antara Kompasiana dan blog lain. Misalnya, di Kompasiana Anda lebih banyak menulis seputar gonjang-ganjing politik, tapi di blog lain Anda menumpahkan semua hasil foto dan kegemaran fotografi. Tapi kalau Anda tidak punya niat seperti itu, maka saran saya adalah, utamakan media yang paling banyak memberikan Anda pembaca. Kalau tulisan-tulisan Anda di Kompasiana, misalnya, lebih banyak dibaca, tayangkanlah semua tulisan baru di Kompasiana pada kesempatan pertama. Jangan pernah berpikir untuk memindahkan atau memboyong para pembaca di Kompasiana ke blog lain, karena keduanya adalah media yang sama sekali berbeda! Katakan Anda terkenal di Kompasiana dan tulisan-tulisan Anda dibaca ratusan hingga ribuan orang, belum tentu hal yang sama akan terjadi saat Anda memutuskan berhenti menayangkan tulisan di Kompasiana-karena memilih fokus untuk mengelola blog lainnya. Dan perlu diketahui, Kompasiana memberi nilai lebih untuk tulisan yang genuine alias fresh-from-the-oven alias belum ditayangkan di tempat lain. Atau setidaknya ditayangkan pertama kali di Kompasiana. Dalam memilih tulisan untuk Kompasiana Freez di Harian Kompas, nilai lebih ini saya masukkan ke dalam salah satu pertimbangan utama. Lalu buat apa blog lainnya? Gunakan blog lain sebagai tempat untuk mengoleksi atau mengarsip tulisan-tulisan Anda. Atau gunakan untuk mempromosikan buku terbaru Anda secara besar-besaran. Atau kumpulkan semua aktifitas Anda di sekian banyak media sosial ke dalamnya. Seperti saya sebutkan di atas, blog pribadi bisa Anda posisikan layaknya sebuah buku. Dengan mengeluarkan sedikit biaya untuk beli domain dan sewa hosting, Anda punya kebebasan mengelola koleksi tulisan secara lebih kreatif. Tampilannya bisa dibuat lebih personal dan gaya penyajiannya pun bisa lebih 'gue banget'. Anda bahkan bisa mengubah tampilan blog menjadi seperti majalah atau buku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H