[caption id="attachment_336299" align="aligncenter" width="447" caption="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203068177361590&set=p.10203068177361590&type=1&theater (Foto: KOMPAS.com)"][/caption]
Pemerintahan Jokowi tahu persis reaksi masyarakat atas kebijakannya menaikkan harga BBM. Jokowi juga paham, kesaktian kartu-kartu sakti buatannya dalam memberi kesejahteraan lebih untuk rakyat miskin lambat-laun berkurang seiring bergulirnya bola salju bernama BBM yang bergerak turun mengerek naik semua harga kebutuhan pokok.
Tapi harga bensin sudah lama harus dinaikkan. Biaya subsidi yang dikeluarkan pemerintah terlalu besar. Bahkan jumlahnya sudah melampaui budget yang dialokasikan karena masyarakat Indonesia sangat membutuhkan bensin harga murah.
Apakah rakyat setuju dengan kebijakan tersebut? Setiap kali pemerintah menaikkan harga BBM, selalu saja menimbulkan pro dan kontra.
Yang pro lebih memikirkan bebam negara dan ketidakadilan pemerintah dalam membelanjakan uang rakyat yang disetorkan lewat pajak. Bagaimana mungkin pemerintah memberi bantuan uang tunai (dalam bentuk subsidi BBM) kepada masyarakat yang mampu mencicil mobil yang harganya ratusan juta rupiah?
Yang kontra akan mengajukan pertanyaan lama: apakah tidak ada solusi lain yang lebih kreatif dari menaikkan harga BBM? Kreatif di sini merujuk pada keberanian pemerintah dalam menelaah lebih cermat harga bensin sambil melaporkan secara transparan dapur pemerintah dalam mendistribusikan bensin bersubsidi. Berapa harga persisnya, bagaimana pola distribusinya.
Kalau hanya menaikkan BBM, jangankan yang tidak lulus SMA, anak SD pun sanggup melakukannya.
Harapan besar rakyat terhadap Jokowi telah menempatkan tokoh revolusi (mental) ini di puncak impian. Rakyat berharap apa yang dilakukan Jokowi tidak selazim yang dilakukan presiden sebelumnya. Kalau saat tampil di pentas dunia Jokowi tampil tidak lazim dan memukau, kurang lebih seperti itulah harapan rakyat saat sang presiden berurusan dengan subsidi BBM yang terus membengkak.
Sekalipun presiden sudah menerbitkan sekian banyak kartu sakti, langkah yang dianggap terobosan itu bukan barang baru buat rakyat yang langganan menerima program bantuan ini itu pascakenaikan BBM (apalagi yang langganan tidak pernah tersentuh bantuan). Yang selalu jadi pertanyaan, apakah peningkatan bantuan sosial untuk rakyat miskin harus selalu diawali dengan menaikkan harga bensin?
Namun sekalipun kebijakan yang diambil dalam menangani beban subsidi BBM sama dengan pemerintahan sebelumnya, langkah presiden kali ini mendapatkan respon yang berbeda. Masyarakat terpolarisasi ke dalam dua kubu besar yang sama kuat dan keduanya mencoba mempengaruhi satu sama lain.
Kubu yang kontra dan yang pro tidak hanya berasal dari masyarakat tapi juga berasal dari kalangan media massa yang ‘mati-matian’ mendukung atau menolak kebijakan ini dengan membangun opini sedemikian rupa, menghadirkan sekian banyak tokoh, mengangkat pendapat ini sambil meredakan opini itu.
Tapi sesengit apapun debat bergulir, pada akhirnya, harga bensin akan tetap pada harga yang ditetapkan (dan diinginkan) oleh pemerintah. Rakyat pun secara perlahan tapi pasti akan ‘menikmati’ lonjakan harga-harga kebutuhan pokok yang bergerak seiring kenaikan harga BBM.
Tidak ada yang bisa meredam pasar saat dia bergejolak merespon kenaikan harga bensin. Apalagi arsitektur distribusi barang tanah air sangat bergantung pada besarnya konsumsi bahan bakar, buruknya infrastruktur serta amburadulnya moda transportasi massal.
Kenaikan harga diperkirakan akan bertambah parah karena saat ini kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang membaik sehingga memicu arus balik investasi jangka pendek ke luar Indonesia. Ditambah timing perayaan Natal dan Akhir Tahun, yang akan dirayakan dengan pesta dan pora khas Presiden Jokowi.
Kalau sudah begini, rakyat dipaksa mengucapkan #TerimakasihJokowi yang sudah menaikkan harga bensin jenis Premium dan Solar masing-masing dua ribu perak. Di Twitter, warga Internet beramai-ramai menyuarakan kekesalan mereka dengan tagar #SalamGigitJari dan #salam2ribu.
Apakah nanti akan ada pagelaran konser #Salam2Ribu? *siap2pesta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H