Buat Anda yang sehari-hari tidak terperangkap dalam rutinitas makan atau merokok, puasa itu mudah. Buat Anda yang sehari-hari shalat lima waktu, puasa itu mudah. Buat Anda yang setiap hari yakin Tuhan selalu ada (di dunia maya maupun di dunia nyata), puasa itu mudah.
Tapi buat mereka yang terbiasa makan rutin, atau jarang shalat, atau tidak begitu mempercayai kehadiran Tuhannya, puasa merupakan pekerjaan yang menyusahkan. Sebutan bulan suci atau bulan penuh berkah buat Ramadhan dianggap sebagai embel-embel jualan dan promo program siaran. Tidak ada yang berubah, karena dirinya memang tidak ingin berubah.
Sebagai pekerja, saya cukup mudah bertemu dengan orang yang menganggap puasa itu susah dan bulan puasa menyusahkan. Bertemu dengan orang-orang yang merasa tidak masalah tidak berpuasa karena tuntutan pekerjaan atau karena tidak sempat sahur.
Dulu, waktu bekerja sebagai penjual mobil, saya terbiasa berada di antara teman-teman muslim yang tidak puasa. Usai brief pagi, mereka merokok seperti biasa. Saat jam makan siang, mereka makan seperti hari-hari sebelumnya. Malah ada yang niat puasa setengah hari seperti anak-anak: setelah makan siang lanjut puasa sampai azan Maghrib bergema.
Beberapa profesi yang pekerjaannya di luar ruang atau menguras fisik berlebih sering jadi penghalang orang puasa. Masalahnya, mereka tidak berpuasa bukan karena tidak bisa, tapi karena tidak mau. Sehingga setelah Ramadhan berlalu, jangan tanyakan berapa hutang puasa yang harus mereka bayar sebelum Ramadhan berikutnya datang—lantaran mereka tidak merasa punya hutang!
Tapi urusan puasa tidak semudah menahan birahi, lapar dan dahaga. Puasa juga termasuk menahan diri dari segala bentuk emosi dan perilaku buruk lainnya. Dan ini yang kadang lebih sulit untuk dijalani.
Orang yang sedang puasa tidak boleh berbohong, tapi pernahkah Anda bertemu orang yang sedang berpuasa lalu seketika membatalkannya karena baru saja berbohong? Orang yang sedang puasa tidak boeh marah, tapi pernahkan Anda bertemu orang yang marah-marah di bulan Ramadhan lalu langsung  minum air putih karena sadar puasanya sudah batal?
Saya tidak pernah melihat orang seperti itu. Dan saya pun tidak menyarankan hal itu dilakukan, sekalipun Anda masih mengukur puasa dari aktifitas fisik (makan dan minum) semata. Lagipula, kegagalan dalam menahan emosi tidak membatalkan puasa—namun dapat mengurangi bahkan  menghilangkan pahalanya.
Satu hal yang perlu disadari adalah, puasa itu susah. Ada yang bisa dengan mudah menahan makan dan minum, tapi tidak bisa menahan diri dari birahi. Ada yang sanggup bertahan dari perbuatan yang membatalkan puasa, tapi sulit meninggalkan perilaku buruk yang terlalu sering dilakukan di luar Ramadhan.
Puasa tidak pernah mudah lantaran ibadah ini dilaksanakan dalam waktu berjam-jam lamanya. Muslim di Indonesia beruntung tempat tinggalnya berdekatan dengan garis katulistiwa sehingga rentang waktu rentang waktu puasa hanya di kisaran 13 jam per hari. Coba bayangkan mereka yang tinggal di Islandia atau dekat-dekat Greenland sana. Mereka harus puasa selama 21 jam lebih!
Puasa itu susah, tapi masih banyak waktu untuk menyempurnakannya. Dari hari pertama hingga hari terakhir tiba.