[caption id="attachment_315628" align="aligncenter" width="600" caption="Kopi Robusta Brasil. (iskandarjet)"][/caption]
Brasil adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, termasuk jenis kopi Arabika. Sebagai penghasil utama (urutan kedua Vietman, disusul Indonesia di posisi ketiga), perolehan kopi di Brasil mempengaruhi harga kopi dunia. Itulah sebabnya, saat produksi Arabika Brasil menurun sejak awal tahun lalu, harga ekspor kopi dari Indonesia meningkat signifikan.
Tentu tidak afdol kalau ke Brasil tapi tidak ngomongin kopi. Itulah sebabnya, saat @SyukriTakengon menantang saya minum kopi di kafe Brasil, saya berusaha untuk mewujudkannya.
Tapi masalahnya, di Rio ini (dan mungkin juga di kota-kota besar Brasil lainnya), minuman utama warga setempat adalah bir, khususnya Caipirinha yang didaulat sebagai Vodka-nya Brasil.
Kedai kopi memang menyebar di banyak tempat. Tapi dibandingkan bar penjual minuman beralkohol, pemandangan orang minum kopi sambil menikmati angin sepoi-sepoi tidak terlihat secara kasat mata. Itulah sebabnya, saat seorang teman wartawan ingin mencari kopi di tepi pantai, dia tidak menemukannya, sehingga terpaksa harus mencarinya di cafe-cafe pinggir jalan.
Saya menyicipi ekspresso pertama kali di Copacabana, tepatnya di Bar 420. Tapi sekedar menyicipi, dan sekilas rasanya sama dengan kopi di Indonesia.
Yang paling menarik justru pengalaman kedua saat minum kopi di sebuah restoran Estrela do Sul. Setelah makan siang bareng pelatih Persipura Jacksen F Tiago, saya dan beberapa teman wartawan mencoba minum kopi yang cara penyajiannya tidak lazim.
Tapi ini bukan soal kopinya, tapi soal rasa whipped cream dan cara penyajiannya. “Nanti kalian dikasih krimnya banyak. Cobain deh. Beda dengan di Indonesia, lebih enak dan lebih halus,” kata pelatih yang kebetulan sedang pulang kampung untuk merasakan langsung euporia Piala Dunia di kota kelahirannya.
Soal rasa whipped cream, Jacksen benar. Rasanya lebih manis dan asik untuk dinikmati tanpa kopi.
Soal creamnya banyak, ini benar-benar di luar dugaan. Kopi dan whipped cream-nya dipisah. Jadi bebas mau dipakai, dimasukkan sedikit atau dihabiskan semuanya. Saya sendiri baru sekali ini disuguhi kopi secangkir kecil ditemani dengan sekian banyak whipped cream yang diletakkan di wadah mangkok es kream.
Pertama-tama saya coba minum kopi robusta itu tanpa krim. Lalu masukin krim sedikit. Lalu masukin lagi lebih banyak. Semakin banyak dimasukkan krimnya, semakin manis dan enak rasanya. Ternyata selera saya masih belum berubah: suka minum capucino....
[caption id="attachment_315630" align="aligncenter" width="600" caption="Tanpa krim. (iskandarjet)"]
[caption id="attachment_315629" align="aligncenter" width="600" caption="Dengan banyak krim. (iskandarjet)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H