Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Nak, Kamu Anak Menteri, Tolong Jaga Diri Baik-baik... (Politiksi #1)

3 Januari 2013   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:35 3362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1357224450433343485

[caption id="attachment_233322" align="aligncenter" width="431" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Ananda Arman, Bagaimana kabarmu di London, Nak. Bapak harap kamu sehat walafiat dan baik-baik selalu. Bapak sudah kirim pesanan kamu lewat Pak Tohir di DPR yang minggu besok ada dinas kunjungan kerja ke Eropa. Bapak suruh mampir ke London, jadi kamu bisa langsung kontak-kontakan dengan beliau. Masih pegang kan nomor hapenya? Arman, Bapak pingin pesan, kamu harus benar-benar jaga diri baik-baik, di mana pun kamu berada. Kamu baca kan berita terkini di tanah air. Anak pak Rajasa kena musibah nabrak orang di tol. Semua orang rame ngomongin berita itu. Koran-koran nulis beritanya besar-besar. Kayak gak ada berita lain aja yang lebih penting untuk diomongin. Kamu harus ambil pelajaran dari musibah itu, Man. Kamu juga anak menteri. Coba bayangkan kalau kamu yang berada di posisi Rasyid. Coba bayangin kamu lagi pulang ke Jakarta, trus malam tahun baruan di sini, trus kamu nabrak orang di jalan. Semua orang pasti akan nyebut-nyebut nama kamu dan njelek-jelekin nama Bapak. Untung Bapak kemarin kekeh kamu gak boleh pulang sebelum tugas akhirmu selesai. Bapak cuma pengen kamu belajar sampai selesai, baru boleh pulang. Tapi intinya bukan itu, Nak. Intinya kamu anak Bapak, anak menteri, jadi harus selalu mawas diri. Si Rasyid itu kan kena musibah. Nabrak di jalan, bukan ketangkep narkoba atau korupsi atau melakukan tindakan kriminal lain. Tapi karena dia anak menteri, aparat di sini jadi serba-salah menanganinya. Orangnya diumpetin lah. Mobilnya ditutup-tutupin lah. Pokoknya banyak perlakuan yang menurut masyarakat gak wajar. Masak cuma buat nyebutin dia anak menteri aja susah banget, pakai harus gelar konferensi pers segala. Sampai jubir presiden kudu turun mulut segala. Nah, yang kena batunya ya si Rasyid dan Bapaknya sendiri. Apalagi dia besannya presiden. Ya sudah. Politiknya jadi naik gak ketulungan. Gak bisa lagi dibedain siapa yang sedang menunggangi siapa. Biarpun dia sudah kasih sumbangan, kasih santunan sekolah, kasih semua ke keluarga korban, masyarakat gak lihat itu. Masyarakat pengennya kasus BMW Maut disamakan dengan kasus Livina Mau, Xenia Maut dan kasus-kasus tabrakan maut lainnya. Malah kalaupun nanti keluarga korban memaafkan pelakunya, trus di sidang Rasyid gak terbukti bersalah dan gak dihukum, masyarakat dan media pasti mengira aparat hukum melindungi anak menteri. Kalau Bapak jadi orangtuanya Rasyid, Bapak akan langsung suruh polisi tangkap anak Bapak. Penjarakan. Samakan statusnya dengan orang lain. Jangan dibeda-bedakan. Jadi kalau kamu kena kasus apapun di sini atau di tempat lain, Bapak akan langsung seperti itu, Man. Bukannya Bapak gak sayang anak. Tapi Bapak tahu persis, kalau jadi menteri, trus kena kasus, trus minta diistimewain atau dibedain perlakuan dari orang lain, media massa pasti tahu! Rakyat pasti marah besar!! Ingat loh. Itu kecelakaan. Itu musibah yang bisa menimpa setiap orang. Dia bukan kriminal atau penjahat. Tapi karena anak menteri, semuanya diangkat ke permukaan. Liburannya. Pacarnya. Kebiasaannya. Sekolahnya. Semuanya tentang Rasyid diomongin. Bahkan Bapak merasa media itu pengennya Rasyid masuk penjara karena mabuk, nenggak narkoba, trus nabrak orang. Padahal bisa jadi kan dia cuma ngantuk di tol. Banyak kok orang yang nabrak karena ngantuk. Posisi kamu sebagai anak menteri memang gak enak, Man. Apalagi sekarang kita hidup di era demokrasi yang sudah kelewat terbuka. Gak ada yang bisa jadi raja di Indonesia ini. Bapak sih senang banget, karena kondisinya beda dengan zaman Soeharto dulu. Dulu mana ada yang berani otak-atik keluarganya presiden. Koran dan majalah aja bisa dihapus beritanya kalau mereka gak suka. Tapi sekarang, gak ada yang bisa mengontrol media. Semuanya bebas bersuara. Sampai kebablasan segala. Makanya Bapak bener-bener pesen ke kamu. Jaga diri baik-baik. Jangan bikin onar. Jangan bergaul sembarangan. Jangan mabuk-mabukan apalagi nyobain yang namanya narkoba. Tolong jauhi itu, Arman. Bapak sayang kamu. Semua keluarga di sini pengen lihat kamu sukses besar. Trus kalau kamu kena musibah, buru-buru kasih tahu Bapak atau Ibu di rumah. Kalau kamu kena tipu, kena fitnah, jangan diam saja. Kasih tahu keluarga biar Bapak bisa bantu. Tapi kamu jangan berharap Bapak akan bantu kamu biar kamu terbebas dari hukuman atas kesalahan atau kelalaian yang sudah kamu perbuat. Bapak gak akan begitu, Man. Bapak pengen kamu jadi laki-laki yang bertanggung jawab. Bukan laki-laki yang pengecut. Malah kalau perlu, Bapak akan minta ke aparat untuk memberi hukuman yang lebih berat ke kamu dibanding hukuman ke orang lain. Biar mereka berani mengambil tindakan tegas dan tidak mengistimewakan kamu. Bapak kira itu dulu. Kalau kamu jadi pergi umroh bareng teman-teman akhir tahun ini, kabari Bapak. Mudah-mudahan nanti Bapak dan Ibu bisa nyusul ke sana. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Salam buat Budemu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun