Tiba di kawasan pantai ke arah ipanema, hujan lebat, jalanan pinggir pantai tergenang. (iskandarjet)
Memasuki hari tenang jelang pertandingan final Argentina vs Jerman di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, kota wisata ini diguyur hujan sepanjang hari, merata di semua lokasi. Pada jam pulang kerja, jalanan macet dari sore sampai jam sepuluh malam. Khususnya dari dan ke arah pantai.
Ini adalah hujan pertama yang saya rasakan di Rio. Udara dingin sudah menusuk kulit sejak siang tadi. Udaranya jadi sedingin Sao Paulo yang berada di dataran yang lebih tinggi dan lebih sering diguyur hujan.
Meskipun hujan mengguyur kota, polisi tetap terlihat berjaga-jaga di sepanjang jalan. Bahkan dengan jumlah yang lebih banyak. Mobil-mobil polisi parkir di banyak persimpangan dan ruas jalan. Sejumlah titik yang sebelumnya tidak dijaga, kini diawasi oleh dua-tiga orang polisi.
Pemerintah setempat memang memperketat pengamanan di seluruh penjuru kota. Sekitar 26 ribu aparat gabungan kepolisian dan angkatan bersenjata Brasil dikerahkan untuk mengamankan Rio sebelum dan selama berlangsungnya pertandingan final. Di dalam stadion sendiri, akan dikerahkan 1.500 petugas keamanan pada saat pertandingan berlangsung.
Saya menyusuri jalan dengan mengendari taksi bersama rekan jurnalis dari beberapa media. Perjalanan dari Vila Isabel menuju kawasan pantai Ipanema tersendat. Ruas jalan di pinggir pantai tergenang. Derasnya hujan juga nampak dari derasnya air yang turun bebas dari tebing-tebing yang berada di belakang bangunan, menghadirkan pemandangan indah berupa jajaran air terjun dengan volume kecil.
Kebetulan supir taksi yang mengantar kami ke dan dari tempat tinggal adalah supir yang masih berusia muda, yaitu Bruno dan Henardo. Sepanjang perjalanan, mereka dengan semangat menunjukkan dukungannya kepada Jerman yang akan berhadapan dengan Argentina di partai Final Piala Dunia 2014.
Meksipun tahu para penumpangnya tidak mengerti bahasa Portugis, kedua orang itu terus berbicara soal Messi, Maradona, Argentina dan, tentu saja, kekalahan Brasil 7-1. Seperti warga Brasil lainnya, kedua orang ini tidak rela Argentina mengangkat tropi Piala Dunia di Maracana.
Henardo bahkan lebih vokal. Dia mengejek simbol-simbol kebanggaan sepak bola masyarakat Argentina. Baginya, tidak masalah Brasil kalah, asalkan Argentina tidak jadi juara.
Hujan deras yang mengguyur kota menghentikan niat saya menyusuri pantai dan bertemu dengan banyak orang di sana. Walhasil, taksi diarahkan ke tempat kediaman Pak Wahyu yang sudah tinggal di Brasil selama tiga tahun untuk sebuah bekerja di perusahaan migas.
Di sana saya beramah-tamah sambil buka bersama. Obrolan di meja makan masih seputar kekalahan Brasil dan peluang Jerman mengalahkan Argentina, seperti didambakan oleh masyarakat Brasil. Setelah itu, saya pulang kembali ke tempat tinggal di daerah Vila Isabel, dan hujan masih mengguyur kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H