[caption id="attachment_315718" align="aligncenter" width="600" caption="Picanha, makanan khas Brasil yang berisi irisan Churrasco, nasi, kentang, kacang hitam dan acar. (iskandarjet)"][/caption]
Awalnya saya menganggap Brasil sama ribetnya dengan negara-negara lain yang pernah saya kunjungi dalam urusan makan. Susah cari makan yang sesuai dengan selera lidah dan tuntutan perut.
Terkait kuliner, orang Indonesia punya masalah klasik saat pergi ke luar negeri, yaitu soal lidah dan perut. Lidah berurusan dengan rasa. Maklumlah, kita tinggal di negeri dengan rempah-rempah berlimpah yang menggoda Belanda datang menjajah. Sementara perut berurusan dengan halal tidaknya makanan, terutama apakah makanan itu mengandung babi atau tidak.
Tantangan yang diberikan oleh @d1zzman sebenarnya menjadi tantangan setiap muslim Indonesia yang sedang berada di negeri orang. Apalagi Brasil termasuk negara dengan populasi pemeluk agama Katolik terbesar kedua di dunia. Ditambah kali ini adalah bulan puasa, tuntutan memilah dan memilih makanan halal (yang enak) mutlak dilakukan sebelum azan Magrib bergema.
Dan syukur alhamdulillah, tradisi makan orang Brasil cukup menenangkan. Mereka sangat suka makan Churrasco alias daging sapi panggang. Hobi makan daging sapi ini tak lepas dari kesukaan nenek moyang mereka, Gaucho (koboinya Amerika Selatan), yang sangat suka makan domba dan sapi.
Sebelumnya, saya sempat saya menyebut nama kuliner ini. Saat menjawab tantangan via Twitter, saya menyebut hidangan satu piring berisi daging sapi panggang diiris, nasi, kacang hitam, kentang goreng, plus acar sebagai Churrasco. Padahal itu adalah Picanha. Churrasco hanya dagingnya saja (cerita lengkap soal Churrasco perlu satu bahasan terpisah).
[caption id="attachment_315719" align="aligncenter" width="600" caption="Kalau ini baru namanya pesta Churrasco. Ampe mabok makan daging aneka bagian sepiring penuh! (iskandarjet)"]
Picanha sebagai sebuah sajian sudah sangat mirip dengan selera orang Indonesia. Dagingnya dipanggang matang dengan lumuran garam dan jeruk limau, sehingga bagian tepinya terasa asin dan asam. Rasa kentangnya sama seperti kebanyakan.
Nasinya menggunakan beras khas Brasil yang ukurannya lebih besar, lebih bulat dan lebih kenyal. Nasi itu nampaknya diongseng dengan minyak tertentu sehingga terasa lebih gurih di lidah. Mirip-mirip nasi uduk tapi yang ini lebih ringan. Lalu ada kacang hitamnya yang rasanya cukup nyaman di lidah. Plus sedikit acar dengan cita rasa mirip dabu-dabu, acar khas Manado.
Karena porsinya yang banyak, orang-orang Indonesia yang kemarin datang ke sana cukup pesan satu piring, untuk dimakan berdua. Dan nampaknya para pemilik rumah makan di sana sudah maklum dengan tradisi orang dari Asia, sehingga ketika kita bilang satu untuk berdua, pelayan akan langsung menyiapkan tambahan dua piring kosong.
[caption id="attachment_315720" align="aligncenter" width="574" caption="Dalam perjalanan Sao Paulo - Rio, saya makan mie pake nasi, ayam dan dagingm ama sedikit kacang hitam. (iskandarjet)"]
Selain makanan khas di atas, di Brasil juga bisa makan dengan memilih banyak menu di restoran kiloan. Pilih suka-suka, setelah itu apa yang ada di atas piring ditimbang, kita membayar sesuai dengan jumlah timbangan. Jenis rumah makan timbangan ini sangat populer di sini, termasuk di kota-kota Amerika Serikat yang pernah saya kunjungi.
Konsumen diberi kebebasan tuk pilih menu dengan harga yang sama: Harga segram nasi sama dengan harga segram daging. Makanya, kalau masuk ke rumah makan model gini, jangan banyakin nasi ya... :p
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H