Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Nama Indy Sempat Hilang dari Daftar Presenter tvOne?

12 April 2010   04:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 6027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_116503" align="aligncenter" width="500" caption="tvOne mencopot nama dan foto Indy Rahmawati sejak Jumat, 9 April 2010 (tribunnews.com)"][/caption] Anda yang mengikuti perkembangan berita Indy pasti tahu bahwa nama dan wajah Indy Rahmawati sempat hilang dari daftar presenter tvOne sejak Jumat (9/4) kemarin. Waktu itu, hanya terdapat 20 nama presenter, terdiri dari 14 presenter wanita dan 6 presenter pria. Tapi hari ini (12/4), nama dan wajah Indy kembali tercantum di daftar yang memuat semua presenter berita tvOne tersebut. Nama Indy terdapat di urutan kelima sebelum Rahmah Sarita. Ikut bergabung bersama Indy dalam daftar baru ini dua presenter lain, yaitu Andrie Djarot dan Elvira Khairunnisa. Raibnya nama Indy selama tiga hari terakhir itu menimbulkan tanda tanya, apa yang sedang terjadi di tvOne. Mengapa pihak tvOne begitu cepat merespon dugaan rekayasa berita yang melibatkan Indy, untuk kemudian meralatnya kembali setelah muncul bantahan dari pihak Indy? Sebelumnya, Indy Rahmawati membantah dirinya melakukan rekayasa berita dengan menyiapkan jawaban untuk Andries Ronaldi sebagai narasumber tayangan makelar kasus (markus) di program Apa Kabar Indonesia Pagi tayangan 18 Maret 2010 yang dipandunya. "Andries mengatakan bahwa ada sebuah kertas pertanyaan dan jawaban, skenario, itu tidak pernah ada. Apa pun pertanyaan yang saya keluarkan berdasarkan pre-interview satu hari sebelumnya, dan jawaban Andries, pada Apa Kabar Indonesia Pagi sama sama dengan yang pre-interview, artinya tidak ada rekayasa," tegas Indy, seperti dirilis KOMPAS.com, Jumat (9/4). Pihak tvOne, seperti diungkapkan Direktur Penyiaran Totok Suryanto, juga akan menuntut balik Andries atas dugaan pencemaran nama baik terhadap Indy dan penipuan jatidiri. Pasalnya, Andries telah beberapa kali menjadi narasumber tvOne sebagai markus. Kepastian bahwa Andries adalah markus tidak hanya didapat dari pengakuannya, tapi juga dari informasi pihak lain. Sementara itu, perkembangan kasus yang telah menjerat Andris Ronaldi (37) sebagai tersangka ini masih menunggu hasil mediasi antara tvOne dan Polri di Dewan Pers yang rencananya akan digelar hari ini. [caption id="attachment_116502" align="aligncenter" width="500" caption="Hari ini (12/4), daftar Anchor tvOne berisi 23 nama dan wajah, salah satunya Indy Rahmawati (www.tvone.co.id/tvone/anchor/)"][/caption] Andries Satu-satunya Tersangka? Ralat, bantahan dan tuntutan balik yang dilakukan pihak Indy dan tvOne menempatkan Andries sebagai satu-satunya orang yang bersalah dalam kasus ini. Pengakuannya sebagai markus di satu sisi telah merugikan pihak tvOne, kepolisian dan masyarakat pemirsa. Lebih jauh lagi, tindakan Andries telah menodai kepercayaan publik terhadap insan pers, khususnya media televisi. Tapi benarkah pria yang dikabarkan sempat kabur ke Bali tersebut menjadi pelaku tunggal dalam kasus ini? Mengapa pada saat diperiksa Polri, Andries berani membuat pengakuan dirinya hanya mengikuti skenario yang telah disiapkan oleh pihak tvOne pada saat berperan sebagai markus palsu di program Apa Kabar Indonesia Pagi, 18 Maret 2010 lalu? Kesaksiannya tersebut mungkin hanya kesaksian palsu, tapi bisa juga sebuah kejujuran. Kalaupun itu kesaksian palsu, publik pantas menduga hal tersebut melibatkan pihak penyidik yang mengarahkan pengakuan tersangka, tapi bisa juga murni dari inisiatif Andries. Karena dengan pengakuan tersebut, dia memposisikan dirinya sebagai pelaku pasif, sedangkan Indy sebagai pelaku aktif. Sejauh ini, barang bukti yang telah dimiliki pihak Polri adalah rekaman CCTV dan print-out percakapan Indy-Andries via BlackBerry Messenger (BBM):

Indy: Kalau perlu ganti nomor aja, bang Andis: Oke. Tadi siang Mabes cari gue nih Indy: Bang, kalau ada telepon dari nomor-nomor ngga jelas jangan diangkat. Polisi saat ini sedang kasak kusuk cari nomor mu. Aku tidak akan kasih nomor mu ke siapa pun. Andis: Oke gue jadi buron ni. Sampai kakak gue dicari ke posyandu. Gue dibilang tabrak lari. Indy: Kalau mereka mencari abang berarti mereka udah tau identitas abang. Aku lagi siaran bang. Indy: Bang every thing it's oke? Aku dicari pimpinan. Aku matiin HP karena aku dicari pimpinan. Aku ngga berani ke kantor pusat di Pulo Gadung karena didesak pimpinan disuruh buka identitas kamu. Aku menolak. Jelas bukan dari saya. Saya ngga kasih tau apa pun soal abang. Indy: Bang, its every thing it's oke?

Dua bukti tersebut memang belum bisa menguatkan dugaan rekayasa berita seperti diakui oleh Andries. Rekaman CCTV sekedar membuktikan adanya pertemuan tanpa diketahui isinya, sedangkan percakapan via BBM hanya mengukuhkan peran Andries sebagai markus palsu, belum membuktikan adanya rekayasa berita. Tapi berdasarkan informasi yang saya terima dari seorang karyawan sebuah media online yang satu grup dengan tvOne, Indy patut diduga melakukan rekayasa dalam wawancara tersebut. Publik berharap, pertemuan antara tvOne, Polri dan Dewan Pers hari ini tidak menghasilkan kesepakatan damai di antara pihak-pihak yang terlibat. Apapun hasil pertemuan nanti, pembuktian ada tidaknya rekayasa berita sepenuhnya harus dilakukan di meja sidang. Karena masyarakat tidak ingin dibohongi oleh siapapun untuk tujuan apapun juga. Baca juga:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun