Ah, apalah guna menanti lama
Berdiri di tepian memandang angkasa
Melihat burung-burung terbang mengangkup makan
Bebas mengejekku terciprat kotoran
Ah, apalah guna menjadi miskin
Jenderal ku sandang laksana cukin
Mengelap dosa berwadah kecil
Lalu dibuang tubuhku kerdil
Ku raup saja semua
Ku biarkan yang lain nikmati surga
Ku sorongkan bermilyar harta tuk mereka
Ayah, ibu, istri, anak foya-foya
Ku terbahak bahagia
Menikmati indahnya nirwana
Di sini, di kaki langit ini, tak perlu lagi ku iri
Pada burung-burung itu yang tak tahu diri
Ah, apalah guna penjara
Kantong ku penuh tak lekang baya
Prajurit menjemput semalam tiba
Dan istana ku lekatkan saja ke biliknya
Semudah Sulaiman memindahkan singgana
Saat Bilqis tertegun di sudutnya
Ah, indahnya negeriku
Ku harap mereka semua tahu
Datang, datanglah ke sini para serdadu
Nikmatilah maduku tanpa empedu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H