[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Halaman "Desclimer" di www.posronda.net"][/caption] Beberapa waktu lalu, beredar sebuah berita berjudul "Cegah MERS, Kemenkominfo Akan Batasi Kuota Internet" di blog Pos Ronda. Menanggapi peredaran artikel tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan memproses pihak-pihak terkait artikel tersebut (penulis dan pemilik blog) lewat jalur hukum.
Pihak Kementerian telah lakukan penulusuran lebih lanjut terhadap artikel terkait, untuk dilanjutkan pada tindakan penegakan hukum #hoax — Kemkominfo (@kemkominfo) 12 Mei 2014
Pos Ronda sendiri merupakan sebuah blog yang didesain tampil sebagai layaknya website berita. Tapi, seperti ditulis di menu "Disclimer", pemilik blog menegaskan bahwa setiap "tulisan, artikel, dan cerita yang dibuat dan disusun sebagai KARYA FIKSI, bersifat SATIR, dan berfungsi sebagai HIBURAN". Sebelumnya, dalam serangkaian kicauan di Twitter, @kemenkominfo mengecam beredarnya berita menyesatkan tersebut dengan tagar #hoax atau 'palsu'.
Beberapa waktu lalu sebuah situs online memuat berita menyesatkan tentang Menkominfo @tifsembiring #hoax — Kemkominfo (@kemkominfo) 12 Mei 2014
Tulisan dimaksud, lanjut @kemenkominfo, cukup syarat menjerat pihak terkait sebagai pelanggaran terhadap UU ITE dan dapat ditindak pihak berwajib. Pos Ronda sebelumnya banyak membuat artikel fiksi yang ditujukan sebagai karya satire. Misalnya 'berita' tentang usulan komunitas Barisan Cerita Lama (BCL) yang meminta agar pemerintah menghapus beberapa nama dari catatan kependudukan Republik Indonesia seperti Munir, Elang Mulia Lesmana, dan ratusan nama lain. "Sekarang kan masa damai, apalagi sebentar lagi pilpres. Yang namanya orang hilang dan mati itu kan wajar dalam setiap peradaban. Jadi sebaiknya dilupakan saja karena mereka mengganggu timeline (facebook) kami," demikian Pos Ronda. Dalam artikel tentang langkah Kemenkominfo membatasi kuota internet untuk mencegah virus MERS, pihak Pos Ronda tidak hanya membuat cerita adanya sebuah siaran pers oleh Menteri Tifatul Sembiring, tapi juga menampilkan tokoh pakar yang mencoba meluruskan logika menteri.
"MERS itu pada dasarnya adalah penyakit infeksi pernapasan. Penelitian masih terus dilakukan oleh WHO, dan kemungkinan besar disebabkan karena virus atau bakteri. Tapi virus yang dimaksud di sini tidak sama dengan virus komputer. Beda jauh, dan saya sebenarnya bingung kenapa ada yang menganggapnya sama." ujarnya mengenai siaran pers Kemenkominfo.
Artikel yang dilengkapi dengan foto Tifatul Sembiring tersebut diakhiri dengan cerita dari pejabat di kementerian yang mencoba menjelaskan ke si menteri bahwa tidak ada kaitan antara MERS dan internet. "Kami di kementerian sebenarnya sudah menjelaskan duduk perkaranya. Tapi, Pak Menteri memang sangat bersemangat untuk ikut serta mencegah MERS, sehingga bagaimana pun kementerian juga harus ikut secara aktif dalam mencegah virus tersebut," pungkas Pos Ronda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H