Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cerita Panjang Akun Kompasiana Bernama Titi

23 November 2011   14:54 Diperbarui: 12 Oktober 2015   22:30 4098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_151330" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutetrstock)"][/caption]

Hari ini, saya menghubungi tiga orang yang tinggal di daerah Purwokerto. Pertama, saya menelepon Titi pukul 14:53 waktu BlackBerry saya. Lalu saya telepon Mbak Dyah jam 15:09. Dan usai membaca hasil investigasi Mas Singgih, saya buru-buru menelponnya pukul 16:28.

Setelah serpihan-serpihan informasi seputar fakta di balik akun Kompasiana bernama Titi (www.kompasiana.com/titi) beredar silih-berganti di Kompasiana, hari ini saya memiliki informasi cukup untuk memberi penjelasan dan mengambil tindakan. Penjelasan seputar akun Titi, dan tindakan yang patut diambil Kompasiana atas akun ini. Fakta-fakta tersebut dikumpulkan dan dituliskan para Kompasianer secara kolaboratif, berdasarkan informasi yang mereka dapat selama berkompasiana dan berdasarkan informasi yang mereka ketahui selaku warga Purwokerto. Semuanya mencoba menjawab misteri di balik akun Titi yang diduga sebagai akun fiktif dan terkait dengan dr Anugra--keduanya tinggal dan bekerja di tempat yang sama: Baturaden, Banyumas.

Sebelum saya menceritakan isi pembicaraan dengan tiga orang di atas, saya mau bercerita dari awal, agar bangunan informasi yang diterima teman-teman Kompasianer utuh. Cerita panjang ini bermula dari tulisan seorang warga Purwokerto yang menggunakan nama pena Dyah Ayu Ratnasari. Tanggal 15 November 2011, lewat dua tulisan pertamanya, Dyah mengkritisi salah satu tulisan Titi yang menceritakan sosok atasannya yang dia tulis sebagai "dokter ahli bedah kanker yang memiliki klinik nan asri di kawasan wisata Baturaden".

Di artikel pertama, Dyah menulis, "Dari hasil penelusuran didapatkan ada seorang dokter ahli bedah kanker di Purwokerto tetapi menurut sumber berita yang sangat layak dipercaya beliau tidak memiliki klinik dan aset aset seperti yang pernah dituliskan oleh adik Titi." Lalu di tulisan kedua, Dyah menyantumkan nama dr Anugra di judul tulisan dan mencoba mencari tahu hubungan antara kedua Kompasianer tersebut (Anugra membuat akun di Kompasiana sejak 25 Desember 2008, sedangkan Titi sejak 16 April 2010). Saya kutipkan sebuah fakta yang menurut Dyah perlu diketahui semua orang, khususnya masyarakat Purwokerto:

"Awal membaca tulisan Titi saya beranggapan bahwa dokter yang dimaksud dalam tulisan tersebut adalah dr. L, satu satunya dokter ahli bedah kanker di Purwokerto yang saya kenal, setelah mengikuti beberapa tulisan saya ragu karena sepengetahuan saya beliau tidak tinggal dan memiliki klinik di Rempoah dan tidak memiliki Istri yang sedang hamil."

Dua tulisan Dyah tadi ditayangkan sehari setelah nama Titi tercantum di daftar 10 nominator Kompasianer Favorit 2011. Melihat faktor kebetulan ini, beberapa pembaca menganggapnya sebagai sebuah lelucon. Apalagi Dyah baru membuat akun di hari yang sama. Tanpa foto dan tanpa tanda TERVERIFIKASI. Sementara akun Titi sudah terverifikasi, lengkap dengan KTP yang dikeluarkan oleh Kabupaten Banyumas (informasi detil identitas akun terverifikasi selamanya dirahasiakan). Saya membaca dua tulisan Dyah hingga tuntas, dan memilih untuk menunggu perkembangan selanjutnya.

Tak lama berselang, seorang Kompasianer di Solo menghubungi saya dan memberi kesaksian bahwa Dyah adalah orang yang dia kenal dan tulisannya tidak bertendensi menyerang atau mencemarkan nama baik orang lain. Tapi karena akun Dyah baru dibuat dan belum terverifikasi, saya meresponnya dengan datar.

Keesokan paginya, dr Anugra menelepon saya dan mengungkapkan kegusarannya atas tulisan Dyah tersebut. Dia tidak habis pikir kenapa namanya kembali disebut-sebut. Dan kasus yang diangkat adalah kasus yang sama dengan yang pernah terjadi dua tahun lalu (keraguan atas gelar dan profesi dr Anugra). Saat saya tanya hubungannya dengan Titi, dia mengaku mengenal Titi sebagai asisten dokter temannya. Setelah itu, percakapan lewat telepon ditutup dengan komitmennya untuk tidak menanggapi 'tuduhan basi' tersebut.

Dalam waktu singkat, tulisan Dyah mendorong banyak Kompasianer lain untuk ikut menyoroti akun Titi dan kembali membincang dr Anugra. Ada yang mempertanyakan penghapusan dua tulisan Titi, dan tidak sedikit yang menceritakan kembali kasus-kasus lama yang sampai saat ini masih belum jelas seperti identitas pemilik akun Olive dan gelar serta profesi dr Anugra. Tapi bersamaan dengan itu, Titi yang sebelumnya gemar menulis di Kompasiana (dalam sehari dia pernah menayangkan tiga tulisan) dan rajin membalas komentar tiba-tiba menghilang. Dia tidak menanggapi tuduhan-tuduhan di atas. Juga tidak membuat tulisan klarifikasi. Tulisan terbarunya terhenti di tanggal 15 November 2011. Titi juga tidak merespon pesan pribadi yang saya kirim dan teleponnya tidak bisa dihubungi. Waktu itu, 17 November 2011, saya menanyakan tanggapannya terkait dua tulisan Dyah. Pada hari yang sama, Dyah menghubungi saya, ingin melakukan verifikasi akun. Beberapa hari kemudian, akunnya terverifikasi, namun Titi masih bungkam. Hingga akhirnya, Selasa (22/11) kemarin, Titi menayangkan sebuah tulisan yang ditunggu-tunggu oleh para Kompasianer, khususnya yang mengikuti kasus ini. Tapi sayang, yang ditulis Titi bukan sebuah klarifikasi, tapi sebuah sikap penyesalan atas adanya tudingan-tudingan yang disebutnya sebagai aksi provokasi atas dirinya. Lebih lanjut Titi menulis,

"Banyak sekali yang meminta saya untuk mengklarifikasi siapa sesungguhnya saya ini, dan banyak yang meminta saya untuk menjelaskan semuanya, tapi saya sadar buat apa saya menjelaskan semuanya kalau nanti justru menjadi boomerang bagi saya sendiri, lagi pula saya bukanlah siapa-siapa...."

Usai membaca tulisan Titi, saya kembali mencoba menghubunginya via telepon. Lagi-lagi tidak bisa dihubungi. Kebetulan Selasa merupakan tenggat waktu produksi lembar Kompasiana Freez yang tayang setiap Kamis di Harian Kompas--sehingga saya tidak bisa fokus dalam menelusuri kasus ini.

Nah, siang tadi, saya mencoba kembali menelepon Titi. Berharap ada klarifikasi dari yang bersangkutan. Apapun yang diucapkan Titi akan menjadi pegangan bagi saya dalam menyikapi kasus ini. Tapi meskipun berhasil dihubungi, saya tidak mendapatkan jawaban apapun! Begitu sadar yang menelepon adalah saya, Titi berulang kali meminta maaf. "Saya lagi di jalan. Ini hujan. Maaf sekali ya mas." Katanya berulang-ulang. Pertanyaan saya pun dijawab dengan ungkapan yang sama. Saat saya tanya apakah dia sedang berada di angkutan kota, dia bilang sedang di motor. Tapi suaranya terdengar jernih, tanpa gangguan suara motor ataupun gemuruh hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun