Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Air Minum di Amerika

24 September 2012   07:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 2908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13484721631428745234

Ada satu potret masyarakat Amerika yang kerap saya saksikan di film-film buatan Amerika, yaitu kebiasaan meminum air langsung dari keran. Saya penasaran, apa benar air keran di rumah bisa langsung diminum? Jawabannya, ternyata benar. Air keran yang mengalir ke rumah-rumah dan hotel lewat jasa perusahaan air minum (bukan air tanah loh ya) sudah melalui proses penyaringan dengan teknologi tertentu sehingga air mentah menjadi steril dan bisa langsung diminum. Di Amerika, ketersediaan air ditangani langsung oleh pemerintah kota yang dikepalai oleh seorang walikota. Biasanya, fasilitas air dibangun bersama oleh beberapa pemerintah kota atau oleh pemerintah tingkat county (pemerintah daerah, satu tingkat di atas pemerintah kota). Fasilitas tersebut dibangun dengan menggunakan uang pajak atau iuran masyarakat setempat. Fasilitas air di kota West Jordan, negara bagian Utah, misalnya, dibangun oleh lima pemerintah kota yang bersama-sama mengontrak perusahaan swasta sebagai pihak pengembang. Kebetulan walikota kota ini menaruh perhatian besar terhadap ketersediaan air bersih, di samping masalah keamanan lingkungan dan limbah. Anda bisa bayangkan berapa harga produksi per liter air bersih di Amerika. Tentu sangat mahal. Karena standar kebersihannya juga sangat tinggi. Bayangkan, air yang bisa diminum juga digunakan untuk mandi, cuci pakaian dan bersih-bersih. Tapi kalau Anda bertanya apakah air keran itu cocok buat perut saya, jawabannya: tidak. Rasanya gak karuan di lidah. Setiba di hotel pertama di Washington DC, saya sempat mengonfirmasi ke petugas apakah benar air keran bisa langsung diminum dan digunakan untuk membuat kopi atau teh. Pertanyaan itu muncul karena alat pembuat kopi di hotel-hotel selalu disertai dengan petunjuk "ambil air minum dari keran". Pertanyaan itu juga mengemuka ketika saya sadar tidak ada air mineral yang tersedia gratis di kamar. Kalau mau minum air dalam kemasan yang ada di atas meja, harganya lumayan mahal, yaitu sekitar Rp 50 ribu. Walhasil, saya terpaksa membeli air mineral di supermarket di setiap kota yang dikunjungi. Aktifitas ini rutin dilakukan di malam hari setelah check-in hotel. Pernah saya pergi ke satu restoran di kota Alexandria, Virginia. Di situ tersedia air minum yang bisa diambil sendiri. Tapi begitu minum seteguk, saya langsung memutuskan untuk membeli air soda untuk menghilangkan rasa zat besi yang terlanjur menempel di lidah. Tapi ada satu hotel yang menyediakan air minum gratis yang kualitasnya lebih bagus dari air keran. Yaitu hotel Club Quarters Rockefeller Center di New York City. Di hotel ini, tersedia tempat pengambilan air minum di beberapa lantai, salah satunya di lantai 20 (satu lantai dengan kamar saya). Juga tersedia botol kosong tanpa label. Sehingga setiap kali keluar atau kembali ke hotel, saya selalu menyambangi tempat itu untuk sekedar mengambil satu botol air minum (gratis). [caption id="attachment_200707" align="aligncenter" width="413" caption="Tempat ambil air minum di hotel New York. (iskandarjet)"][/caption] O iya, ada satu lagi kebiasaan di Amerika terkait air minum. Di restoran mana pun saya makan, selalu disuguhi air mineral dengan es. Saya tidak tahu kenapa orang Amerika suka sekali minum air es. Mungkin karena darah mereka panas, sehingga perlu didinginkan dengan air es. Sebenarnya kalau melihat teriknya matahari di sana yang panasnya sangat menyengat, kebiasaan itu bisa dimaklumi. Tapi ketika saya di San Francisco, negara bagian California, yang udaranya super dingin seperti di puncak, tetap saja disuguhi air es, dan orang-orang bule itu sangat menikmati air dingin di cuaca super dingin. Walhasil lagi, setiap kali makan di rumah makan, saya dan teman-teman dari Indonesia selalu pesan air putih tanpa es (dan itu pun airnya sudah dingin). "No ice, please...."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun