Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Belajar dari Google Plus yang Dikubur Hidup-hidup

2 April 2019   08:33 Diperbarui: 2 April 2019   09:20 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Google Plus

Perubahan arah inilah yang sering membuat produk digital tidak berusia panjang. Lihatlah bagaimana Yahoo yang pada awal tahun 2000 dikenal sebagai mesin pencari, sekarang menyerah setelah mengubah fokusnya pada konten. Orang-orang nyaris melupakan masa-masa bersama Yahoo, dan generasi belia kemungkinan besar tidak mengenal Yahoo sebagai mesin pencari.

Bugs Mematikan

Memang pemicu ditutupnya Google Plus muncul setelah pada bulan Maret 2018 lalu ditemukan celah keamanan atau bugs yang memungkinkan pengembang dari luar Google mengakses data pengguna yang diinput tahun 2015-2018. 

"We believe it occurred after launch as a result of the API's interaction with a subsequent Google+ code change," tulis Ben Smith, Google Fellow and Vice President of Engineering, dalam keterangan resminya yang ditayangkan di blog Google, 8 Oktober 2018.

Data yang bisa diakses itu meliputi hampir semua data pribadi: Nama Lengkap, Alamat Email, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Tanggal Lahir, Foto Profil, Tempat Tinggal dan Status Hubungan. Hanya Nomor Telepon, Isi Pesan (via Email dan DM) dan Konten di Linimasi yang tidak bisa diakses.

Tapi Ben memastikan tidak ada pengembang yang mengetahui adanya bugs ini atau telah menyalahgunakan API setelah adanya celah tersebut, juga tidak ada bukti adanya data pengguna yang disalahgunakan. Tapi setelah dianalisis selama dua minggu, Google menemukan 500 ribu akun yang terinfeksi dan sudah ada 438 aplikasi yang menggunakan API tersebut.

Seperti dilaporkan The Wall Street Journal yang melihat memo internal Google, saat itu CEO Google Sundar Pichai memutuskan untuk tidak mengekspos bugs itu ke publik karena dapat mengundang perhatian regulator. 

Google justru memutuskan untuk segera menutupnya pada akhir Agustus 2019. Eksekusi penutupan lalu dipercepat empat bulan, atau tepatnya tanggal 2 April 2019. 

Tapi di luar adanya masalah keamanan serius yang mengancam 52 juta lebih akun di dalamnya, Google Plus sudah diidentifikasi sebagai 'produk gagal'. Produk ini, seperti dijelaskan oleh Google, tidak menarik perhatian pengguna dan pengembang secara maksimal. Tercatat 90 persen konsumsi layanan (sessions) berlangsung kurang dari lima detik. 

Artinya, orang tidak betah berlama-lama di platform ini. Mereka tidak berminat menggunakannya sebagai tempat berinteraksi dan berbagi.

Pada titik ini, sulit bagi pengguna melihat Google memiliki kemampuan menjadi pengembang jejaring sosial. Google memang digdaya saat berperan sebagai mesin pencari, maka itulah yang semakin dikuatkan oleh mesin serba pintar ini.

Baca juga: Menjadi Endoser atau Buzzer, Bagaimana Peluangnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun